Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memberi isyarat pemilihan umum diselenggarakan tahun depan. Itu berarti setahun lebih cepat sebelum masa jabatannya berakhir.
Saat ini Singapura masih berada dalam pusaran ketidakpastian ekonomi akibat tensi perdagangan global yang harus dihadapi.
Bank sentral Singapura telah memperingatkan konflik dagang antara China dan Amerika Serikat yang terus meningkat kemungkinan berdampak pada perekonomian Singapura sekaligus mencederainya.
People's Action Party (PAP) atau Partai Aksi Rakyat pimpinan Lee telah mendominasi perpolitikan Singapura selama lima dekade sejak negara itu merdeka. Selama ini mereka selalu menang dengan suara mayoritas dan tak menghadapi tantangan berarti.
Kendati demikian, Lee bersama jajaran partai di parlemen mencoba mengatasi sinyal ketidakpuasan pemilihnya dengan berjanji untuk mengurangi disparitas kekayaan dan meningkatkan mobilitas sosial.
Partai tersebut kini sedang mempersiapkan transisi kepemimpinan untuk memilih pengganti posisi PM Lee sebagai sekretaris jenderal.
"Pertemuan ini mungkin akan menjadi konferensi partai terakhir sebelum pemilihan umum berikutnya," kata Lee di konvensi PAP pada Minggu (11/11/2018).
Konvensi tahunan tersebut diselenggarakan untuk memilih anggota Komite Ekskekutif Pusat (CEC) dengan posisi tertinggi sekretaris jenderal yang masih dijabat Lee Hsien Loong.
Dilansir dari Reuters, tujuh anggota senior telah menyatakan pengunduran diri, termasuk dua orang yang menjabat sebagai wakil perdana menteri.
Posisi mereka digantikan sejumlah menteri kelas atas yang disebut generasi keempat (4G), sebutan untuk nama-nama yang berpotensi menjadi suksesor Lee ketika ia tak lagi menjadi perdana menteri.
Lee Hsien Loong, putra tertua pemimpin pertama Singapura Lee Kwan Yew telah menegaskan bahwa ia akan mengundurkan diri dalam beberapa tahun mendatang. Namun partainya belum menemukan pengganti dari jajaran menteri potensial yang kini menjabat.
"“PAP harus menang dalam pemilu mendatang dengan meyakinkan. Kita gunakan pendekatan pragmatis dalam politik dan kebijakan. Kita akan mempersiapkan arah kebijakan yang jelas dengan dukungan masyarakat Singapura yang menginginkan stabilitas dan kemajuan terus berlanjut," kata Lee di hadapan kader partai.
Hasil terburuk pemilu dialami PAP pada tahun 2011 ketika 40% suara tidak memberi dukungan pada mereka. Mayoritas dipengaruhi turunnya pelayanan publik yang dirasakan masyarakat Singapura.