Bisnis.com, JAKARTA -- Sebelum memulai rapat kerja nasional, sejumlah petinggi Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin berziarah ke makam Wage Rudolf Soepratman, pencipta dan komponis lagu Indonesia Raya, Sabtu (27/10/2018).
Makam W.R. Soepratman berlokasi di Jalan Kenjeran, Rangkah, Tambaksari, Surabaya. Rombongan TKN Jokowi-Ma'ruf Amin dipimpin oleh Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto.
Usai ziarah, Hasto mengatakan kegiatan tersebut dilakukan karena pihaknya menyadari pelaksanaan rapat kerja nasional (rakernas) berbarengan dengan semangat Hari Santri, Sumpah Pemuda 28 Oktober, dan Hari Pahlawan 10 Nopember.
Hasto mengatakan pada saat Sumpah Pemuda diikrarkan, di sana juga merupakan momen pertama kalinya lagu Indonesia Raya dibawakan oleh W.R. Soepratman dengan biolanya.
"Sosok W.R. Soepratman menunjukkan bagaimana berjuang dengan cara-cara kebudayaan yang sederhana, tapi bisa hadir sebagai sosok pahlawan yang berprestasi," paparnya keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (27/10/2018).
Keteladanan pahlawan seperti W.R. Soepratman dinilai mestinya diikuti bersama karena karyanya menjadi inspirasi semangat perjuangan pendiri bangsa.
Dalam kesempatan tersebut Hasto juga sempat membacakan kutipan testimoni dr. Soeharto, dokter kepresidenan di era Soekarno, yang menjadi saksi mata dilantunkannya lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya di Kongres Pemuda 1928.
"Menjelang maghrib, tanggal 28 Oktober, datanglah seorang lelaki berperawakan kurus, berpakaian sangat sederhana, sambil mengepit biola yang agak butut. Langsung saja ia masuk ke serambi belakang. Di depan para peserta kongres, dengan bersemangat dan penuh gairah, ia memainkan biolanya, memperdengarkan sebuah lagu mars, lalu diulanginya berkali-kali. Sekali-kali ia menyanyikan syairnya dengan suara yang agak parau. Baru kemudian saya mengetahui bahwa orang itu bernama WR Soepratman. Dan lagu mars yang diperdengarkan berulang-ulang itu adalah Indonesia Raya. Saya menyaksikan betapa hebatnya lagu itu disambut oleh peserta kongres sekalian. Komponis kurus itu tersenyum dan matanya berkaca-kaca menahan keharuan menerima ucapan selamat dan pelukan," demikian teks dibacakan Hasto.
Dewi Soeharto, putri dr. Soeharto, mengungkapkan bahwa ada satu bab khusus di buku biografi ayahnya mengenai sang komponis--yang berkenalan pertama kali saat sekolah kedokteran di Salemba, Jakarta.
"Ayah selalu bercerita soal tokoh perjuangan di masa lalu, bagaimana mereka bisa berjuang dengan sederhana tapi dampaknya baik bagi bangsa. Perjuangannya tanpa pamrih. Bahkan W.R. Soepratman tak tahu lagu yang diciptakannya akhirnya menjadi lagu kebangsaan Indonesia hingga akhir hayatnya," tuturnya.
W.R. Soepratman wafat di Surabaya pada 17 Agustus 1938, tepat 7 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 1945.