Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bantah Aramco Batal Go Public, Arab Saudi Sebut IPO Ditargetkan Akhir 2020

Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) membantah kabar IPO Aramco batal dan mengatakan pihaknya sedang mengatur ulang strategi yang tepat agar aksi korporasi itu lebih menguntungkan.
Saudi Aramco/Reuters
Saudi Aramco/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Belum lama ini, santer kabar bahwa Arab Saudi telah membatalkan rencana go public Aramco yang sempat digadang-gadang menjadi Initial Public Offering (IPO) terbesar dunia. Padahal, rencana roadshow ke berbagai negara telah diumumkan, termasuk ke Indonesia.
 
Namun, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) membantah kabar tersebut dan mengatakan pihaknya sedang mengatur ulang strategi yang tepat agar aksi korporasi itu lebih menguntungkan.
 
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, yang dilansir Sabtu (6/10/2018), dia mengakui ada hal yang harus dibereskan terlebih dulu sebelum perusahaan minyak milik kerajaan Timur Tengah itu IPO, yaitu bagaimana masa depan Aramco.
 
"Sekarang Aramco menghasilkan minyak dan memiliki beberapa proyek hilir. Tetapi, jika kita benar-benar ingin Aramco memiliki masa depan yang kuat setelah 20, 30, 40 tahun dari sekarang, Aramco harus banyak berinvestasi di hilir karena kita tahu kalau permintaan baru untuk minyak dalam 20 tahun dari sekarang akan berasal dari petrokimia," paparnya, seperti dikutip Bisnis.
 
Namun, lanjut MBS, jika Aramco melakukan investasi di hilir dan petrokimia maka akan ada konflik dengan Sabic. Oleh karena itu, pihaknya harus mengatur strategi yang tepat dan matang agar kedua perusahaan bisa berjalan secara berkelanjutan.
 
Apalagi, bahan baku produk-produk Sabic berasal dari minyak yang dihasilkan Aramco.
 
Sabic adalah Saudi Basic Industries, perusahaan penghasil produk-produk petrokimia yang 70% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Arab Saudi, melalui Public Investment Fund (PIF), dan 30% diperdagangkan di pasar modal. Adapun PIF adalah Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana kekayaan berdaulat milik Pemerintah Arab Saudi. 
 
Dia menerangkan agar Sabic tidak mengalami dampak buruk dari pengembangan Aramco, maka PIF akan menjual seluruh sahamnya di Sabic ke Aramco. 
 
"Kemudian, Aramco akan melakukan bagiannya dengan melakukan merger atau langkah lain yang diperlukan hingga akhirnya ada satu perusahaan besar di bidang itu di Arab Saudi dan dunia," jelas MBS. 
 
Setelah transaksi yang diproyeksi bernilai US$70 miliar-US$80 miliar itu terjadi, baru IPO bisa dilakukan. Transaksi tersebut diharapkan dapat direalisasikan pada tahun depan, sehingga Aramco diperkirakan bisa melantai di bursa setidaknya pada awal 2021.

"Saya meyakini akhir 2020, awal 2021," tegasnya.
 
Aramco disebut memiliki rasio utang yang sangat rendah dan arus kas yang berlimpah, didukung oleh harga minyak saat ini yang berada di kisaran US$70-US$80 per barel. Dengan demikian, tidak ada masalah bagi perusahaan ini untuk mengakuisisi saham Sabic. 
 
MBS menyatakan saham Aramco yang bakal dilepas tetap 5% yang diklaim setara dengan US$100 miliar, sekitar Rp1.500 triliun. Hal ini didasarkan pada perhitungan valuasi perusahaan itu yang disebut mencapai US$2 triliun atau lebih dari Rp30.000 triliun.
 
Namun, belum dipastikan di bursa mana saham Aramco akan diperdagangkan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper