Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Joko Widodo meminta instansi terkait melakukan perbaikan, pengamanan, dan pengawasan alat pendeteksi tsunami di seluruh Indonesia.
Hal itu disampaikan merespons kondisi di lapangan yang menunjukkan banyak alat pendeteksi tsunami sudah tidak berfungsi karena rusak, dicuri orang, hingga karena tidak adanya anggaran perawatan.
"Inilah perlunya yang namanya pengamanan alat-alat yang sangat berguna untuk mendeteksi baik gempa baik tsunami sehingga kita juga memerlukan kesadaran bersama masyarakat," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (2/10/2018).
Dia juga meminta masyarakat untuk tidak merusak atau mengambil alat pendeteksi gempa. Tak hanya itu, Jokowi memerintahkan agar alat pendeteksi tsunami yang disebut dengan buoy tsunami dijaga. Keberadaan alat tersebut sangat penting dalam mendeteksi kejadian.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho sempat menyebut alat pendeteksi tsunami sudah tidak berfungsi sejak 2012.
Hingga Senin (1/10) pada pukul 13.00 WIB, BNPB mencatat korban gempa dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan sekitarnya telah merengut 844 jiwa.
Rinciannya, sebanyak 821 korban jiwa terdata di Kota Palu, 11 korban jiwa di Kabupaten Donggala, dan 12 korban jiwa di Kabupaten Parigi Moutong. Sampai saat ini, sebanyak 744 korban meninggal sudah berhasil diidentifikasi.
Sutopo menjelaskan para korban tersebut meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan. Sementara itu, jumlah korban hilang sampai saat ini mencapai 90 orang.