Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang lira kembali melemah pada Rabu (15/8/2018) setelah langkah-langkah yang diumumkan oleh bank sentral Turki terbukti tidak cukup untuk membendung gejolak mata uang.
Lira terpantau melemah 1,87% ke level 6,4688 per dolar pada pukul 11.48 WIB, setelah sempat anjlok hingga 3,4% hari ini. Lira sempat rebound hingga 8% pada Selasa setelah Bank Sentral Turki menjanjikan langkah-langkah untuk membendung aksi jual.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mundur dalam ketegangan dengan AS dengan menolak untuk membebaskan seorang pendeta AS yang ditahan atas tuduhan terorisme.
Bank Sentral Turki berjanji untuk "melakukan semua langkah yang diperlukan," termasuk meringankan regulasi yang mengatur bagaimana pemberi pinjaman mengelola likuiditas lira dan mata uang asing mereka.
"Penyesuaian moneter dan fiskal yang lebih ketat mungkin akan diperlukan untuk membalikkan tekanan negatif mata uang dan ekspektasi inflasi Turki,” ungkap Damien Buchet dari Finisterre Capital LLP, seperti dikutip Bloomberg.
"Kami telah melihat sedikit tanda tersebut untuk saat ini, yang membuat kami tetap di bertahan meskipun adanya imbal hasil tinggi dan valuasi yang rendah pada aset Turki saat ini," lanjutnya.
Baca Juga
Lira juga telah menjadi korban masalah yang dipicu oleh agenda pertumbuhan dengan segala cara dari pemerintahan Turki. Hal ini membuat perusahaan Turki terbebani dengan utang luar negeri senilai ratusan miliar dolar, inflasi yang tak terkendali, dan defisit neraca berjalan terbesar di dunia.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi dari Ankara, Senin (13/8/2018), Erdogan mengatakan Turki tidak akan pernah meninggalkan aturan ekonomi pasar bebas. Pelemahan lira baru-baru ini adalah bagian dari perang ekonomi yang dilancarkan terhadap Turki dan tidak memiliki basis ekonomi, ungkapnya.