Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan kembali melakukan program pertukaran Kepala Sekolah.
Kegiatan yang diikuti 480 kepsek dari berbagai wilayah Indonesia ini merupakan upaya pemerintah untuk mendorong percepatan pemerataan mutu pendidikan sesuai nawa cita Presiden Joko Widodo.
"Program pertukaran kepala sekolah merupakan suatu terobosan yang baik. Kepala sekolah dari daerah khusus atau 3T mempelajari manajemen pendidikan berbasis sekolah dari sekolah mitra yang sudah baik dalam penerapannya. Mereka akan belajar bersama-sama, berdiskusi, untuk kemudian kembali untuk mengimplementasikan di sekolahnya masing-masing," ungkap Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, dalam keterangan resmi, diterima Rabu (8/8/2018).
Dalam kegiatan ini, para kepala sekolah yang terlibat diminta saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam mengelola satuan pendidikan.
Difasilitasi 23 orang fasilitator, para kepsek diajak memperdalam tiga hal utama yang menjadi tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah, yaitu kemampuan manajerial, supervisi, dan kewirausahaan.
"Program ini sangat baik, karena hasilnya bisa dilihat, dirasakan langsung oleh guru di sekolah," ujar Supriano.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Perencanaan Kebutuhan dan Pemindahan, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Abubakar Umar menyampaikan bahwa pascaprogram para alumni diminta untuk menyampaikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang segera diimplementasikan di sekolahnya. Sekaligus rencana pengimbasan pada minimal dua sekolah di sekitarnya.
"Kita akan ikuti terus perkembangannya. Bagi yang memiliki potensi, akan kita berikan perhatian khusus. Sesuai arahan Pak Dirjen, kita akan sinergikan dengan Ditjen Dikdasmen [pendidikan dasar dan menengah]," ungkap Abubakar.
Tahun ini peserta pertukaran terdiri dari 320 kepala sekolah imbas dan 160 kepala sekolah mitra. Program berlangsung selama satu minggu. Setelah mengikuti lokakarya "In 1" para kepsek imbas melakukan pemantauan terhadap kegiatan di sekolah mitra.
Kemudian dalam periode "In 2" kepala sekolah mitra mendapatkan kesempatan mengunjungi sekolah imbas.
"Prioritas sekolah imbas diberikan kepada daerah khusus, baik dari akses transportasi maupun komunikasi yang masih sulit. Kemudian, bagi mereka yang mau. Kita tanya ke dinasnya, harus ada rekomendasi bahwa mereka yang ikut di dalam program ini mau mengimbaskan," jelas Abubakar Umar.
Penentuan kepala sekolah mitra didasarkan pada hasil seleksi yang mempertimbangkan capaian dalam penerapan Kurikulum 2013, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) di sekolahnya.
Selain kepala sekolah, terdapat pula 49 pengawas sekolah yang berasal dari daerah kepala sekolah imbas yang akan bertugas memantau proses melalui sistem daring (online).
Abubakar Umar menyampaikan bahwa program pertukaran ini cukup efektif mendorong penguatan kapasitas kepala sekolah, sekaligus mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan di wilayah Indonesia.
"Dulu mereka yang menjadi sekolah imbas sekarang sudah menjadi sekolah mitra. Dalam waktu tiga tahun. Saat ini semakin banyak perwakilan guru berprestasi yang datang dari daerah khusus," jelasnya.
Program pertukaran kepala sekolah dilakukan sejak 2015. Alumni program ini telah mencapai lebih dari seribu orang kepala sekolah. Selain ditujukan untuk pemerataan mutu pendidikan melalui penguatan peran kepala sekolah, program ini diharapkan dapat mempererat kebhinekaan.