Bisnis.com, ROMA – Di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, kebijakan sektor kehutanan dinilai mengalami perubahan mendasar.
Berbagai langkah koreksi (corrective measures) disampaikan kepada dunia internasional melalui forum Committee on Forestry (COFO) 2018 di Kantor Pusat Food and Agriculture Organization of the United Nation (FAO), di Roma, Italia.
Setelah hampir 15 tahun, ini pertama kalinya Indonesia kembali tampil di organisasi pangan dan pertanian di bawah naungan PBB tersebut.
Indonesia tampil dengan perubahan besar kebijakan kehutanan yang sejalan dengan kebijakan global pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dan upaya-upaya nyata dalam agenda perubahan iklim.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menilai Pemerintah Indonesia telah melaksanakan aktualisasi pemerintahan yang demokratis dan cukup kuat refleksinya dalam kebijakan sektor kehutanan.
“Serangkaian tindakan korektif telah menunjukkan hasil positif, terutama keberpihakan secara sangat nyata kepada masyarakat banyak. Sekaligus pemerintah telah menjadi simpul negosiasi kepentingan stakeholders kehutanan secara konkret,” ungkap Siti melalui pernyataan pada media, dari Roma, Italia, Kamis (19/7/2018).
Di markas besar FAO, Siti memaparkan perubahan kebijakan di bidang kehutanan Indonesia dengan tajuk “New Paradigm, New Balance: The State of Indonesia's Forests 2018”. Tema tersebut diangkat dari buku dengan judul sama yang memaparkan tentang kondisi terkini kehutanan Indonesia.
Hadir pada kesempatan ini Deputi Director General FAO Daniel Gustafson. Duta Besar Norwegia dan Duta Besar Uni Eropa untuk Italia juga turut memberikan pandangan dan merespons positif perubahan besar sektor kehutanan Indonesia di era Presiden Jokowi.
Pertemuan tersebut dihadiri sekitar 150 orang. Tampak di antara para hadirin, yakni para pakar dan pemerhati kehutanan dunia, seperti John Innes dan Hosny El Lakany dari Universitas British of Columbia Canada, Direktur Eksekutif ITTO Gerhard Dieterle, ahli kehutanan internasional dan perubahan iklim dari Swiss Juergen Blaser, serta Efransjah dari Indonesia sebagai moderator.
Siti menjelaskan The State of Indonesia’s Forests (SOIFO) 2018 memuat hasil dari berbagai langkah koreksi sektor kehutanan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Buku ini memaparkan informasi mendalam tentang kebijakan pengelolaan hutan Indonesia dan komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim global (climate change), dari 2015 sampai pertengahan 2018.
Pada diskusi yang berlangsung di Sheikh Zayed Center itu, Siti menginformasikan berbagai tindakan strategis dan cepat yang dilakukan terhadap berbagai persoalan pengelolaan hutan Indonesia, terutama persoalan-persoalan yang menjadi perhatian dunia Internasional.
Persoalan-persoalan tersebut di antaranya luas dan tutupan hutan, deforestasi dan degradasi hutan, peran masyarakat dalam pengelolaan hutan, pengelolaan kawasan konservasi, serta kontribusi ekonomi dari hutan dan peran swasta.