Bisnis.com, BANDUNG- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jabar 2018 akan menentukan kepemimpinan lima tahun ke depan. Terdapat beberapa persoalan pembangunan sektor ekonomi yang harus mendapat perhatian serius.
Pada perhelatan Pilkada 2018 tingkat provinsi, terdapat empat pasangan calon yang memperebutkan kursi nomor wahid di Jabar. Masing-masing calon mempunyai platform kebijakan ekonomi.
Namun demikian, belum tentu platform kebijakan tersebut sepadan dengan banyaknya persoalan yang mesti dituntaskan. Jabar merupakan provinsi dengan populasi dan luasan wilayah yang besar.
Sejalan dengan itu, kontribusi perekonomian regional cukup signifikan terhadap pertumbuhan nasional. Dari sisi industri, Jabar merupakan pengekspor terbesar, begitupun soal investasi.
Sebagaimana diketahui, hasil hitung cepat Pilgub Jabar pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum menang dalam kontestasi pemilihan Hari ini, Rabu (27/6). Dengan begitu, Ridwan Kamil akan menghadapi tantangan pembangunan Jabar dalam lima tahun ke depan.
Ekonom ISEI Jabar Acuviarta Kartabhi mengingatkan agar paslon pemenang tak mabuk kemenangan. Menurutnya, banyak agenda ekonomi yang masih harus terus dimatangkan dan diberikan penekanan secara khusus.
Misal, lanjutnya, persoalan pengembangan Jabar bagian Selatan yang jauh tertinggal dengan wilayah Utara. Kemudian melanjutkan dan meningkatkan pembangunan infrastruktur, baik yang belum berjalan sampai saat ini maupun yang sedang berjalan.
Dia mencontohkan, pasca diresmikannya BIJB tidak otomatis masalah selesai, tetapi juga harus disiapkan skenario ekonomi pengembangannya, termasuk kesiapan infrastruktur-infrastuktur pendukungnya.
Kemudian masalah sinkronisasi pengembangan pendidikan dengan lapangan pekerjaan. “Harus dipikirka. bagaimana ke depan pendidikan di Jabar harus melihat kebutuhan SDM unit-unit usaha,” ungkapnya, Senin (26/6/2018).
Persoalan lainnya yaitu pengembangan ekonomi pedesaan juga masih belum banyak tersentuh, mulai dari infrastruktur hingga pengembangan aktivitas terkait pertanian dan perkebunan.
Kondisi tersebut juga berkaitan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan masih tingginya ketimpangan pendapatan. “Terakhir saya kira fokus kita pada pengembangan sektor kepariwisataan,” tukas Acuviarta.
Ke depan pengembangan sektor terkait kepariwisataan, hematnya, harus lebih lebih kuat dan berkualitas sehingga hal tersebut bisa mengimbangi potensi ketidakpastian di sektor industri maupun perdagangan.