Bisnis.com, JAKARTA--Delegasi Indonesia hari ini, Senin (25/6/2018) menghadiri Konferensi Internasional tentang Wasathiyah atau Islam Moderat. Konferensi berlangsung selama tiga hari, mulai Senin, berakhir Rabu.
Delegasi Indonesia Minggu (24/06), bertolak ke Baghdad, Irak untuk mengikuti Konferensi yang digelar oleh Dewan Wakaf Sunni Republik Irak.
Adapun, delegasi Indonesia yang mengikuti kegiatan ini adalah Muchlis M Hanafi (Ketua Delegasi dan mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), Muhyiddin Junaidi (MUI), Ikhwanul Kiram Masyhuri (Alumni Al Azhar), Saiful Mustafa (UIN Malang/NU), Fathir H Hambali (Alumni Syam), Auliya Khasanofa (Muhammadiyah), dan Thobib Al-Asyhar (Kemenag).
"Saya mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku ketua delegasi. Konferensi ini akan berlangsung dari Senin - Rabu mendatang," terang Muchlis, Ketua Delegasi Indonesia, seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (24/6).
Menurutnya, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mendukung upaya pembangunan kembali Irak, baik di bidang politik maupun ekonomi. Untuk itu, dia berharap keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan tersebut dapat semakin memperat hubungan, terutama dalam mengembangkan pemahaman keagamaan yang moderat.
Sebagai Ketua Delegasi, Muchlis akan ikut berbicara pada kesempatan konferensi tersebut dengan menyampaikan paparan tentang dunia tanpa ISIS.
"Setelah kekalahan ISIS di Irak dan Suriah, kini banyak negara di Eropa, Afrika dan Asia merasa dihantui oleh 'arus balik' ISIS ke negara asal mereka. Terdesak di Irak dan Suriah, sel-sel gerakan ISIS akan menyebar di beberapa negara dengan membawa pemikiran ekstrem radikal berikut keahlian dalam menyusun strategi," katanya.
Bukan tidak mungkin, dia mengungkapkan, mereka akan mentransfer pemikiran dan keahliannya kepada kelompok-kelompok ekstrem di tingkat lokal.
Dalam konteks ini, Muchlis menilai perlu kerja sama internasional dalam penanggulangan terorisme dan ekstremisme untuk mencegah kemunculan “ISIS baru”.
Selain itu, diperlukan juga upaya untuk meluruskan kesalahpahaman terhadap beberapa konsep dasar keislaman yang selama ini menjadi salah satu faktor kuat munculnya ekstremisme dan terorisme.
Dia mengungkapkan negara-negara Islam harus merapatkan barisan dan bergandengan tangan untuk meng-counter ideologi tersebut dan membentengi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kubangan pemikiran radikal.
"Semua akses menuju pemikiran radikal harus ditutup rapat-rapat. Pada saat yang sama kita juga harus bergerak mempromosikan wacana keagamaan yang moderat," jelasnya.