Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya meningkatkan minat baca masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris Iskandar saat dihubungi Bisnis, Kamis (7/6/2018).
"Untuk di sekolah, dari 20% anggaran pendidikan sekitar dua pertiganya sebesar 63% memang setiap tahun ditransfer ke daerah untuk gaji dan tunjangan guru. Sebab, pemerintah itu yakin kalau mau meningkatkan mutu pendidikan itu dengan meningkatkan mutu guru dan kesejahteraan gurunya melalui sertifikasi," ungkapnya.
Kemendikbud juga mengklaim membuat banyak kampanye di masyarakat seperti kampanye gerakan literasi nasional, gerakan Indonesia membaca dengan mendirikan taman-taman bacaan masyarakat di seluruh daerah, serta program ongkos kirim buku gratis di kantor pos setiap tanggal 17 bagi para donatur buku.
Masalah minat baca atau tidak paham akan membaca penduduk Indonesia dibahas kembali oleh Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Frederico Gil Sander, dalam laporan Indonesia Economic Quarterly edisi Juni 2018.
Dia menilai sebenarnya sektor pendidikan Indonesia sudah mencapai kemajuan besar dalam hal kuantitas. Namun, masih banyak kekurangan dalam sisi mutu.
"Sekitar 55% penduduk Indonesia kemampuan membacanya masih terbatas, bisa membaca tapi mungkin sulit mengerti apa yang dibaca," tutur Gil Sander lewat akun Twitter Bank Dunia Indonesia, @BankDunia, Rabu (6/6).
Menanggapi hal tersebut, Harris menyatakan bahwa bukan masyarakatnya yang kurang minat pada membaca dan tidak mengerti pada bacaannya, tapi karena Indonesia masih kekurangan buku.
"Harus diakui kita itu kekurangan buku. Tetapi, kalau dikatakan kemampuan membaca masyarakat kita terbatas atau kurang minat bacanya, saya itu agak keberatan, karena dibandingkan dengan AS itu kita ini masih kekurangan buku," jelasnya.
Harris menuturkan sebenarnya masyarakat Indonesia cerdas dan memiliki minat baca yang tinggi. Namun, masalahnya kembali pada kuantitas buku yang kurang dan kualitas isi buku yang bagus masih terbatas.
"Jadi buku yang engaging, attracting, buku yang memikat, dan karya-karya yang bagus itu masih kurang di Indonesia," ucapnya.
Sebagai solusi, Kemendikbud menjalankan donasi buku melalui laman donasibuku.kemendikbud.co.id sejak 2017. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 130 ton buku yang dikirimkan ke taman-taman bacaan di seluruh Indonesia.
"Jadi platform donasibuku.kemendikbud.co.id itu yang mempertemukan donatur buku langsung ke penerimanya [taman bacaan masyarakat], dan untuk si donatur itu difasilitasi dengan ongkir gratis pengiriman buku setiap tanggal 17 di Kantor Pos Indonesia begitu," terang Harris.