Kabar24.com, JAKARTA—China kembali memperlihatkan tanda-tanda akan meningkatkan status yuan di kancah keuangan global, setelah menahan diri selama lebih dari dua tahun,
Sejak bulan lalu, beberapa inisiasi telah dilakukan baik oleh bank sentral China (PBOC) maupun pemerintah, yaitu dengan memulai operasional penuh untuk fase baru sistem pembayaran internasional dan memperpanjang jam kerjanya.
Hal itu akan memudahkan peminjam asing untuk meminjam yuan serta membantu memfasilitasi investasi asing ke dalam obligasi domestik dan saham di China daratan. Adapun program pembelian aset offshore oleh investor China daratan menggunakan yuan sempat terhenti sejak 2015.
Ji Tianhe, China Rates and Foreign-Exchange Strategist di BNP Paribas SA, memperkirakan tahun ini akan ada pemanfaatan lebih terhadap mata uang di dalam transfer lintas-batas China.
“Tingkat valuta asing akan lebih dipengaruhi pasar keuangan global. Investor offshore juga akan menjadi pendorong penting untuk obligasionshore,” katanya, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (5/6/2018).
Adapun yuan sempat meraih rekor tertinggi di level 2,8% dari bagian pembayaran global pada tiga tahun yang lalu. Pencapaian itu menurun seiring pemangkasan aliran modal keluar ketika devaluasi pada 2015, yuan pun terjatuh ke level 1,7% pada April 2018.
Dengan meningkatnya cadangan devisa China dan tingkat volatilitas yang tetap rendah, para pejabat kini bisa bergerak untuk kembali fokus kepada tujuan Presiden Xi Jinping untuk memperbesar peran China di keuangan global.
Kekuatan yuan baru-baru ini—termasuk reli terbesarnya dalam 10 tahun pada kuartal I/2018—telah memberikan ruang kepada para pembuat kebijakan untuk melonggarkan pengetatan terhadap arus keluar.
Cadangan devisa China, terbesar di dunia, meningkat selama tiga bulan sejak awal tahun ini. Selain itu, permintaan asing untuk mata uang yuan juga memperlihatkan tanda-tanda kenaikan. Berdasarkan data resmi bulan lalu, deposit mata uang yuan Hong Kong telah meningkat ke level tertingginya sejak April 2011.
Terlepas dari perhitungan tersebut, perkiraan jangka panjang diperkirakan dapat membantu meningkatkan peran yuan, yaitu Inisiasi Belt and Road. Program jangka panjang milik Presiden Jinping dinilai dapat mengeratkan hubungan ekonomi negara-negara di sepanjang Jalur Sutra.
“Perdagangan dan investasi Belt and Road dipastikan akan meningkatkan aliran mata uang di antara China dan negara-negara Belt and Road,” kata Ben Yuen, Chief Investment Officer di BOCHK Asset Management Ltd, Hong Kong.
Kendati demikian, percepatan langkah untuk memperluas peran yuan tetap menahan kepercayaan investor. Pasalnya, reli tajam greenbackdapat memperbarui kekhawatiran depresiasi yuan.
Adapun pergerakan pasar saham juga masih lesu kendati MSCI Inc. telah menambahkan saham lokal China ke dalam indeksnya. Selain itu, meningkatnya ancaman default perusahaan juga masih membayangi pasar obligasi China.
Namun, untuk sekarang ini, pendanaan asing masih tampak bullish terhadap aset China didukung dengan pembelian besar-besaran atas saham China pada bulan lalu. Investor asing juga telah tampil sebagai tenaga dominan untuk utang pemerintah.
Meskipun yuan tergerus 2,5% di hadapan dolar AS dari level tertingginya pada Maret, amalis melihat ada kekhawatiran kecil mengenai pergerakannya bisa menjadi tidak terkendali.
Menurut MK Tang, Senior China Economist di Goldman Sachs Group Inc., Hong Kong, kondisi sekarang ini sudah cukup matang bagi para pejabat untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk meningkatkan pengaruh yuan di pasar global.
Hal it termasuk mempermudah asing untuk membeli obligasi China dan mengizinkan investor domestik untuk membeli aset asing lebih banyak,
“Internasionalisasi yuan akan menjadi langkah alamiah untuk diambil pemerintah sekarang,” ujar Tang.