Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ingkari Kesepakatan, Iran Kembali Kembangkan Nuklir

Krisis baru di kawasan teluk berpotensi terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memberlakukan sanksi ekonomi tingkat tertinggi terhadap Iran.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Krisis baru di kawasan teluk berpotensi terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memberlakukan "sanksi ekonomi tingkat tertinggi" terhadap Iran.

Pernyataan Trump itu menunjukkan bahwa AS telah mengingkari perjanjian nuklir internasional dengan Iran yang disepakati Presiden AS sebelumnya, Barack Obama. AS juga melanggar resolusi PBB selain melanggar kesepakatan dengan sekutunya di Eropa.

Dalam sebuah pernyataan di Gedung Putih, Trump mengatakan keputusan itu menunjukkan bahwa AS akan "keluar dari kesepakatan Iran" yang disepakati dengan negara-negara besar lainnya pada 2015. Trump memperingatkan bahwa "negara manapun yang membantu Iran dalam upaya mengembangkan senjata nuklir dapat dikenakan sanksi keras."

Dia kemudian menandatangani perintah eksekutif untuk menerapkan kembali sanksi pada perusahaan asing yang terus melakukan bisnis dengan Iran. Perintah tersebut memberi perusahaan tersebut tenggat waktu antara 90 sampai 180 hari untuk menarik diri dari kesepakatan kontrak dengan Iran. Kalau negara itu tidak sepakat maka AS akan menjatuhan sanksi berat.

Prancis dan Jerman, yang juga terlibat dalam perjanjian yang dikenal sebagai Rencana Aksi Bersama Komprehensif atau JCPOA, menyesalkan dan prihatin dengan keputusan AS. Kedua negara menyatakan akan tetap menjaga komitmn dengan kesepakatan tersebut.

"Kami mendesak AS untuk memastikan bahwa struktur JCPOA dapat tetap utuh,” demikian pernyataan kedua negara sebagaimana dikutip Theguardian.co.uk, Rabu (9/5/2018).

Pernyataan itu juga meminta AS untuk menghindari mengambil tindakan yang menghalangi implementasi penuh atas kesepakatan tersebut.

Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan keyakinannya bahwa perjanjian itu masih bisa bertahan jika mitra negosiasi lainnya menentang Trump.

Di sisi lain, Rouhani memperingatkan bahwa dia telah menginstruksikan lembaga energi atom negara itu untuk memulai kembali pengayaan uranium di tingkat industri dalam waktu beberapa minggu jika kesepakatan itu benar-benar dilanggar.

“Ini adalah perang psikologis, kami tidak akan mengizinkan Trump menang. Saya senang bahwa dia telah meninggalkan [kesepakatan], ” kata Presiden Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper