Kabar24.com, MAKASSAR - Pengembangan sektor primer di Sulawesi Selatan membutuhkan formulasi yang tepat dan mesti berorientasi pada hilirisasi.
Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel, Dwityapoetra S. Besar mengemukakan pada upaya pengembangan sektor primer yang mencakup agribisnis itu harus pula menggunakan pendekatan riset dan teknologi serta kolaborasi seluruh pihak.
"Kemudian senantiasa pendampingan hingga pola kemitraan pada sektor agribisnis, lalu value chain-nya diperbaiki sehingga hasil yang diperoleh nantinya lebih optimal," katanya kepada Bisnis, Minggu (25/3/2018).
Menurut dia, serangkaian upaya itu dinilai bisa mengangkat kembali sektor agribisnis Sulsel yang cenderung mengalami pertumbuhan melambat dalam satu dekade terakhir.
Merujuk pada data statistik, urai Dwityapoetra, sektor utama itu hanya mampu mencatatkan pertumbuhan rerata tahunan sepanjang 10 tahun terakhir hanya 6,2% atau lebih rendah dari laju perekonomian Sulsel yang berada pada level 7,63% per tahun.
Kinerja sebaliknya terjadi pada sektor industri pengolahan yang justru mencatatkan pertumbuhan hingga 7,8% per tahun dalam satu dekade terakhir.
Baca Juga
Kondisi tersebut, lanjut Dwityapoetra, ikut memicu laju impor Sulsel semakin membesar lantaran industri yang beroperasi di daerah tersebut melakukan importasi untuk kebutuhan produksi.
Kemudian di sisi lain, kinerja ekportasi Sulsel terus mencatatkan koreksi yang relatif dalam terkhusus dipicu oleh komoditas dari sektor agribisnis.
"Seperti kakao yang nilainya terus turun, begitu juga komoditas kelautan perikanan yang cenderung stagnan. Sehingga perlu diupayakan sebuah langkah penting untuk mengembangkan sektor primer ini," kat Dwityapoetra.
Menurutnya, pengembangan sektor agribisnis terutama pada segmen komoditas berbasis ekspor dengan orientasi hilirisasi menjadi alternatif untuk menekan kentimpangan ekspor dan impor.
"dan tentunya untuk lebih mendukung pertumbuhan ekonomi Sulsel," katanya.