Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Venezuela melakukan redenominasi untuk menyelamatkan mata uangnya, bolivar, dari hiperinflasi.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan nilai bolivar akan dipangkas dengan cara dibagi dengan 1.000. Lewat kebijakan ini, 1.000 bolivar akan menjadi 1 bolivar.
Redenominasi itu akan mulai berlaku pada 4 Juni 2018 dan tidak akan mengubah valuasi bolivar. Reuters melansir Jumat (23/3/2018), sejak Maduro menjabat bolivar telah melemah hingga 99,99% terhadap dolar AS.
"Venezuela telah menjadi korban dari perang ekonomi yang brutal," ungkapnya.
Para ekonom menyebut langkah ini sebagai sebuah redenominasi mata uang. Sementara itu, para kritikus menilai kebijakan tersebut tidak akan menyelesaikan krisis ekonomi yang terjadi dan hanya menjadi permainan psikologis agar rakyat bisa melupakan hiperinflasi untuk sementara.
Jutaan penduduk negara Amerika Latin itu mengalami kekurangan makanan dan obat-obatan setelah krisis ekonomi melanda sejak beberapa tahun terakhir. Maduro mengklaim krisis terjadi karena ketidaksukaan negara-negara Barat terhadapnya, sedangkan para kritikus menyatakan hal itu terjadi karena sang presiden tak kompeten dan pemerintahannya korupsi.
Parlemen Venezuela menyampaikan harga-harga di negara itu meroket hingga 6.147% per Februari 2018 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Maduro akan kembali berlaga dalam Pemilu presiden pada 20 Mei 2018. Henri Falcon, salah satu penentangnya, bakal ikut menjadi kandidat presiden.
Venezuela juga telah meluncurkan uang virtualnya, petro, yang valuasinya didasarkan pada aset minyak negara tersebut.