Bisnis.com, JAKARTA--- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengajak kaum muda dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI) untuk menjadi pasukan inti yang melakukan pembelaan negara.
Menurut Menko Polhukam, Indonesia terancam dengan kegiatan-kegiatan ancaman melalui media sosial.
"Mereka para pemuda pasti sangat aktif dalam mengikuti perkembangan teknologi, terutama media sosial, apakah Instagram, apakah WhatsApp, apakah Twitter, itu mereka sangat aktif. Karena ancaman muncul di sana maka saya mengajak mereka untuk melawan itu," ujar Menko Polhukam Wiranto saat membuka acara Forum Koordinasi dan Sinkronisasi dengan tema 'Peran Pemuda Dalam Literasi Media Sosial Untuk Bela Negara Guna Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa' di Jakarta, dalam keterangan tertulis, Selasa (13/3/2018).
Wiranto menjelaskan ujaran kebencian yang disebarkan melalui media sosial dapat dilawan para pemuda dengan menyebarkan ujaran kebaikan.
Selain itu, para pemuda juga diharapkan memberi penjelasan ke masyarakat agar tidak boleh terpengaruh dengan hal-hal jahat dari media yang akan menggangu dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
"Maka sekarang ini program mereka kumpul di sini kita sadarkan lagi, mereka punya kewajiban untuk bela negara dan kemudian diadakan pelatihan-pelatihan agar mereka memahami bagaimana ancaman-ancaman, apakah itu ancaman yang muncul dari masalah politik, apakah itu yang muncul karena proxy war dari pihak-pihak lain, kita hadapi semua," kata Wiranto.
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Wiranto mengatakan bahwa bela negara tidak hanya dalam wujud militer. Menurutnya, saat ini ancaman militer mahal dan dihindari oleh banyak negara.
Selain mahal, ancaman militer juga dikutuk oleh komunitas internasional. Dengan demikian, menurutnya, invasi militer akan punah dan bukan merupakan satu alternatif yang baik bagi satu negara.
Wiranto mengatakan bentuk ancaman saat ini sudah berubah. Menurutnya, ancaman itu lebih murah, tidak ketahuan, tidak kelihatan tapi telak.
Misalnya, aksi radikalisme, terorisme, virus-virus ujaran kebencian, radikalisasi paham-paham baru, dan proxy war yang menggunakan tangan orang lain untuk menyerang negara Indonesia dengan cara-cara yang halus.
"Sekarang ancaman yang nyata lewat media sosial, perkembngan teknologi sekarang membangun satu wilayah baru yang rawan terhadap kesatuan dan persatuan lewat media sosial. Hoax, ujaran kebencian, ini harus kita hadapi, dan yang menghadapi tidak hanya pemerintah tetapi seluruh bangsa Indonesia," kata Wiranto.