Kabar24.com, JAKARTA - Amerika Serikat menuduh Rusia dan pemerintah Suriah melanggar kesepakatan gencatan senjata di Ghouta Timur sebagaimana disampaikan pada pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB.
Gencatan senjata selama 30 hari telah mendapat kesepakatan dari sebagian besar anggota DK PBB pada Sabtu lalu pekan lalu. Gencatan senjata itu bertujuan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke wilayah konflik untuk membantu para korban.
Resolusi itu juga bertujuan untuk meredam serangan dari pasukan Bashar al-Assad yang mendapat bantuan pesawat tempur Rusia.
Perang di Ghouta itu bermula pada 18 Februari dan telah mengakibatkan kematian sedikitnya 550 orang, menurut laporan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Kamis (1/3/2018).
Berbicara di dengan sidang DK PBB, utusan khusus AS di PBB, Kelley Currie mengutuk serangan udara Suriah yag terus berlanjut. Serangan itu dilakukan terhadap Ghouta Timur yang dikuasai oleh kelompok pemberontak sejak 2013.
"Meski DK PBB telah menyepakati pemberlakuan gencatan senjata, namun serangan dari rezim Suriah terus berlanjut," kata Currie.
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa ratusan warga Suriah telah tewas selama gencatan senjata dilakukan.
"Serangan dari Suriah menunjukkan pelecehan terhadap Dewan Keamanan PBB,” ujarnya.
Warga setempat mengatakan pesawat tempur pemerintah Suriah melancarkan serangan pagi
kemarin dan lebih intensif pada tiga kota setempat. Ketiga kota itu adalah Douma, Misraba dan Harasta.
"Tidak ada evakuasi, tidak ada bantuan medis, tidak ada bantuan kemanusiaan,” ujar seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya kepada Al Jazeera.