Bisnis.com, JAKARTA – Awal yang solid pada tahun Anjing Tanah ini bagi ekonomi China di tengah distorsi yang menyertai liburan musim semi yang panjang. Kondisi itu menjadi indikator outlook yang cukup baik bagi perekonomian China pada Februari.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Bloomberg belum lama ini, menunjukkan adanya pandangan yang lebih optimistis, baik menurut pelaku usaha kecil, para ahli keuangan, ataupun pelaku industri terutama baja mengenai perkembangan ekonomi China.
Indeks Keyakinan Usaha Kecil dan Menengah dari Standard Chartered Plc naik menjadi 54,5 pada bulan ini dari 53,8 yang diperoleh pada Januari.
Kendati demikian, beberapa di antara ratusan perusahaan yang disurvei dalam penelitian tersebut melihat adanya pelemahan, namun prospek tetap optimistis.
“Interpretasi penjualan, penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan kapasitas berkurang karena efek Tahun Baru Imlek, namun investasi dan pembiayaan di sektor manufaktur tampak lebih aktif daripada sektor jasa. Tumbuh dengan baik untuk pemulihan di masa depan. Ekspektasi meningkat secara luas,” kata ekonom Shen Lan dalam laporan.
Adapun, sebuah survei yang dilakukan oleh China Economic Panel menunjukkan bahwa sentimen pada pasar keuangan internasional membaik untuk bulan kedua setelah jatuh ke level terendah hampir 2 tahun di Desember lalu.
Baca Juga
Diperkirakan, prospek pertumbuhan ekonomi pada Februari lebih cerah, naik 0,1% menjadi 6,7%. Ekspektasi untuk 12 bulan meningkat menjadi 14,7 poin dari 1,1 poin di Januari.
“Konsumsi domestik terus menjadi pendorong utama pertumbuhan,” kata Michael Schroeder, peneliti senior China Economic Panel.
Dari segi komoditas utama di China, survei terhadap 75—90 partisipan pasar yang berbasis di China melihat pulihnya pesanan produk baja setelah flat pascaliburan. S&P Global Platts China Steel Sentiment Index tercatat rebound menjadi 43,73 pada Februari, naik dari level 21,95 pada Januari.
“Sentimen lebih optimistis dari biasanya menjelang liburan Tahun Baru Imlek karena ekspektasi permintaan terpendam setelah pemotongan produksi baja dan hambatan seputar kegiatan konstruksi yang dilakukan Beijing pada pertengahan November,” papar Paul Bartholomew, Chief Executive Ed Jones.