Kabar24.com, SEMARANG - Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan, kegiatan usaha di Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Nilai Saldo Bersih Tertimbang [SBT] kegiatan usaha pada triwulan IV 2017 mencatatkan 30,36%. Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian pada triwulan III 2017 yang sebesar 14,77%," Ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo Dalam Keterangan Rilis Kamis (25/1/2018).
SBT adalah selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban 'meningkat' dan yang memberikan jawaban 'menurun' dikalikan dengan bobot sektor atau subsektor.
"Percepatan kegiatan usaha pada triwulan laporan didorong oleh meningkatnya permintaan, terutama dari dalam negeri.
Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh sektor ekonomi di Jawa Tengah tumbuh pada triwulan laporan," katanya.
Hamid menjelaskan, tidak semua sektor ekonomi mengalami percepatan pertumbuhan kegiatan usaha. Hal tersebut dilihat dari nilai SBT kegiatan usaha yang menurun pada beberapa sektor ekonomi, meskipun masih bernilai positif. Peningkatan SBT dirasa paling signifikan terjadi pada sektor jasa.
Baca Juga
"Dua dari tiga sektor utama perekonomian Jawa Tengah pun mengalami percepatan kegiatan usaha, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan terus tumbuh," tambahnya.
Sementara itu, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, kapasitas produksi terpakai juga meningkat.
"Berdasarkan hasil survei, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 79,44%, lebih tinggi dibandingkan 78,17% pada triwulan sebelumnya. Perbaikan kegiatan usaha juga berdampak pada penggunaan tenaga kerja," jelasnya.
Menurutnya beberapa hal masih diindikasikan mengalami penurunan, walaupun tidak lebih dalam dari penurunan pada triwulan sebelumnya.
"Perkembangan tersebut tercermin dari SBT penggunaan tenaga kerja triwulan IV 2017 yang terpantau negatif, yaitu sebesar -6,56%, lebih tinggi dari SBT pada triwulan III 2017 yang sebesar -9,76%.
Penggunaan tenaga kerja tetap menurun dikarenakan pelaku usaha terus melakukan efisiensi produksi," bebernya.
Dia mengungkapkan jika harga jual pada triwulan IV 2017 terindikasi mengalami kenaikan dengan tekanan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
"Hal ini tercermin dari SBT tekanan harga jual sebesar 21,20% pada triwulan IV 2017, meningkat dibanding SBT sebesar 16,47% pada triwulan III 2017. S
ebagian besar pelaku usaha yang melakukan peningkatan harga jual didorong oleh kenaikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, atau biaya energi," ungkapnya.
Hamid menambahkan, ada sebagian kecil pelaku usaha menurunkan harga jual sebagai salah satu strategi untuk mempertahankan daya saing. Selain itu, turunnya tingkat suku bunga kredit juga mendukung dalam penurunan harga.
"Pada triwulan I 2018, pelaku usaha memperkirakan bahwa kegiatan usaha masih akan mengalami pertumbuhan, namun tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017. Hal tersebut tercermin dari SBT perkiraan kegiatan usaha triwulan I 2018 tercatat sebesar 22,18%, lebih rendah dibandingkan SBT realisasi kegiatan usaha triwulan IV 2018 yang sebesar 30,36%," tandasnya.