Diam-diam, pengusaha Ciputra sudah dua kali mengunjungi kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno dilantik.
Pria berusia 86 tahun tersebut ternyata mengikuti polemik penataan Tanah Abang, kawasan perdagangan tekstil dan stasiun kereta sekaligus hub transportasi publik commuter line yang semrawut. Menurut Pak Ci, panggilan akrab pengusaha yang memiliki 160 proyek properti di berbagai penjuru Indonesia tersebut, kawasan Tanah Abang memerlukan ‘solusi telur Columbus’ agar lepas dari kesemrawutan. Namun, dia masih merahasiakan detail jalan keluar yang dimaksud.
“Setiap permasalahan [bisnis] ada telur Columbus. Pengalaman saya saat bekerja sama dengan pemerintah DKI begitu, seperti dalam mengembangkan Ancol. Dalam proyek Pondok Indah, juga ada telur Columbus. Nah, untuk Tanah Abang, kalau panitianya pintar, pasti bisa menemukan telur Columbus itu,” tutur Ciputra, Senin (22/1).
Telur Columbus adalah sebuah trik permainan sederhana yang dilakukan oleh penjelajah Christopher Columbus saat sedang menghadiri jamuan makan malam di Spanyol dalam rangka pemberian anugerah penghargaan atas pencapaiannya menemukan ‘dunia baru’, yaitu Benua Amerika. Di tengah jamuan, tiba-tiba seseorang mencelanya dengan mengatakan bahwa menemukan benua baru bukan hal spektakuler, karena siapa saja bisa melakukannya.
Merespons hal tersebut, Columbus menantang semua yang hadir di jamuan itu untuk membuat sebutir telur berdiri tegak tanpa dipegangi. Setelah dicoba dan tidak ada yang
berhasil, Columbus mengambil telurnya dan sedikit meretakkan bagian bawah telur itu lalu menaruhnya secara vertikal di atas meja. Semua orang terkejut. Saat itulah dia berseru, “Ini adalah hal yang paling sederhana di dunia. Setiap orang bisa melakukannya dengan mudah, tetapi setelah ditunjukkan bagaimana caranya.”
Baca Juga
Hubungan Ciputra dan DKI Jakarta memang telah terjalin erat sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Ciputra muda waktu itu adalah arsitek yang bisa meyakinkan Presiden Soekarno dalam mengembangkan kawasan Ancol. Mantra entrepreneurship Ciputra ‘mengubah sampah jadi emas’ terinspirasi dari kesuksesannya pengembangan Ancol yang semula berupa rawa-rawa menjadi pusat hiburan luar ruang terbesar di Asia Tenggara hingga saat ini.
Oleh karena itu, bisa dimaklumi mengapa pengusaha kawakan ini punya perhatian yang lebih terhadap Jakarta. “Sebab di kota inilah segala bentuk pembangunan dimulai. Banyak proyek properti yang akan jadi per contohan masa depan. Saya harus ter libat di dalamnya. Harus,” kata Ciputra dalam buku autobiografi nya The Passion of My Life yang terbit akhir tahun lalu.
Dia banyak mencurahkan pemikirannya untuk turut membangun Jakarta. Selain Ancol, Proyek Senen adalah karya lain yang ditorehkan oleh Ciputra saat muda setelah berhasil meyakinkan Soemarno, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Pasar Senen, salah satu pasar tertua di Jakarta, dibangun sejak abad ke-18, seumuran dengan Pasar Tanah Abang.
Bisa dibilang, Tanah Abang adalah titik panas pertama yang dipegang oleh Anies dan Sandi untuk dibenahi tak lama setelah keduanya dilantik.
Keputusan Pemprov DKI untuk menutup sebagian ruas Jalan Jatibaru Tanah Abang untuk digunakan sebagai lapak pedagang kaki lima masih menyisakan kontroversi sampai sekarang. Bahkan Direktorat Lalu lintas Mapolda Metro Jaya telah menyelesaikan kajian mengenai penutupan jalan itu dan merekomendasikan agar Pemprov DKI
membuka kembali jalur yang kini jadi tempat pedagang kaki lima berdagang.
JANJI KAMPANYE
Selain metode tidak biasa dalam menyelesaikan permasalahan Tanah Abang, Anies-Sandi telah melakukan berbagai "akrobat" guna menepati janji-janjinya selama 100 hari pertama mereka bekerja. Menata kawasan Tanah Abang hanya satu dari 23 janji kampanye yang harus dilunasi oleh Anies-Sandi kepada 10 juta warga Ibu Kota.
Dari poin-poin tersebut, ada beberapa janji besar yang sangat ditunggu-tunggu oleh warga. Anies mencoba merealisasikan janjinya menghentikan reklamasi Teluk Jakarta. Banyak pihak menilai langkah pimpinan baru Balai Kota untuk menyetop megaproyek di Pantai Utara itu akan menghadapi kendala. Apalagi, pemeritah pusat sudah turun tangan setelah terjadi kasus suap yang melibatkan anggota DPRD DKI.
Geliat mantan Menteri Pendidikan tersebut terkait reklamasi dimulai dengan menarik Raperda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara. Anies juga meminta pembatalan sertifi kat Hak Guna Bangunan pulau D reklamasi yang sudah diterbitkan oleh Kementerian Agraria/Badan Pertanahan Nasional (BPN). Namun, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Menteri Agraria/BPN Sofyan Djalil.
Erwan Agus Purwanto, Pengamat Perkotaan dari Universitas Gajah Mada, menilai sebagian besar realisasi kegiatan yang dilaksanakan Anies- Sandi selama 3 bulan terakhir cukup kontroversial. Alih-alih menyentuh persoalan yang lebih besar di Jakarta, pasangan ini justru sibuk merealisasikan 23 janji kampanye. “Anies-Sandi belum memiliki formula jitu untuk menyelesaikan masalah kemacetan, banjir, dan penataan ruang di Jakarta. Melunasi janji kampanye sah-sah saja, tetapi utamanya harus memiliki visi misi dan konsep jelas menata Ibu Kota,” imbuhnya.
Gembong Warsono, Ketua Fraksi PDIP DPRD-DKI Jakarta, menilai kebijakan Anies-Sandi menjadi antitesis atas tindakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintahan sebelumnya. Selain penataan Tanah Abang dan kelanjutan reklamasi, kebijakan lain yang berbeda 180 derajat adalah penerapan lelang konsolidasi di lingkungan Pemprov DKI.
Dia belum melihat arah kerja yang jelas di pemerintahan Anies-Sandi. “Kebijakan yang selama ini dibuat oleh Anies-Sandi tidak berdasarkan tahapan sistematis. Kebijakan yang dibuat cenderung responsif, populis, serta tidak memiliki tahapan berkesinambungan,” katanya, Rabu (24/1).
Dia juga mengkritik salah satu janji kampanye, yaitu DP Nol Rupiah. Menurutnya, pembiayaan Rusunami DP 0 Rupiah yang baru diluncurkan Anies- Sandi menjiplak program sejuta rumah milik Presiden Joko Widodo. Selain itu, dia menilai program OKOce tidak konsisten karena pemberian modal untuk peserta tidak berasal dana bergulir, melainkan dana dari Bank DKI dengan bunga 13%.
Program OK-Otrip pun mendapat kritikan. Ketua Presidium Komunitas Transportasi Indonesia Musa Emyus menilai konsep one man one ticket yang mengharuskan penumpang membeli kartu baru justru merupakan kemunduran karena tidak memakai perencanaan matang dan bertentangan dengan program gerakan nontunai.
“Harusnya bagaimana caranya yang sudah ada dioptimalkan. Sekarang malah bikin kartu yang khusus OKOtrip?” tanya Musa. Memang masih terlalu dini untuk menilai keberhasilan Anies-Sandi hanya dalam 100 hari. Namun, sejumlah masukan sudah selayaknya menjadi perhatian bagi pasangan ini untuk membuat Jakarta menjadi lebih baik lagi.