Bisnis.com, JAKARTA - Militer Myanmar mengakui tentaranya terlibat dalam pembunuhan atas sejumlah muslim Rohingya dalam peristiwa kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine.
"Benar bahwa penduduk desa dan aparat keamanan mengakui telah membunuh 10 teroris Bengal," ujar pihak militer, seperti dilansir BBC, Kamis (11/1/2018).
Militer Myanmar menyatakan akan menghukum pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dan melanggar peraturan. Namun, pihak militer mengklaim peristiwa itu terjadi karena para penduduk desa yang beragama Buddha diancam dan diprovokasi oleh para teroris.
Empat tentara Myanmar disebut membantu para penduduk desa untuk melakukan serangan balasan kepada para warga etnis Rohingya. Militer Myanmar seringkali menyebut etnis Rohingya sebagai teroris Bengal.
Pernyataan tersebut merupakan suatu hal yang jarang dilakukan oleh militer Myanmar. Pada November 2017, militer Myanmar sebelumnya membantah terlibat dalam berbagai aksi kekerasan yang terjadi di negara bagian itu.
Pada Desember 2017, seorang penyelidik hak asasi manusia dari PBB bernama Yanghee Lee dilarang memasuki Myanmar setelah pemerintah setempat menuduhnya tidak objektif.