Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nuklir Korea Utara : AS-Rusia Setuju Lanjutkan Diplomasi

Upaya diplomasi akan terus dilakukan untuk melunakkan Korea Utara terkait program nuklirnya.
Peluru kendali dibawa melewati tempat pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dan pejabat tinggi lainnya dalam sebuah parade militer yang memperingati 105 tahun pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, yang juga kakek Kim Jong Un, di Pyongyang, Sabtu (15/4/2017). /Reuters
Peluru kendali dibawa melewati tempat pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dan pejabat tinggi lainnya dalam sebuah parade militer yang memperingati 105 tahun pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, yang juga kakek Kim Jong Un, di Pyongyang, Sabtu (15/4/2017). /Reuters

Kabar24.com, WASHINGTON - Upaya diplomasi akan terus dilakukan untuk melunakkan Korea Utara terkait program nuklirnya.

Amerika Serikat dan Rusia setuju melanjutkan upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis terkait pengembangan rudal nuklir Korea Utara, yang bisa mencapai AS.

AS dan Rusia juga menekankan bahwa keduanya tidak menganggap Pyongyang sebagai kekuatan nuklir, kata Departemen Luar Negeri AS, Rabu (27/12/2017) seperti dikutip Antara, Kamis (28/12/2017).

Juru bicara Deplu, Heather Nauert, mengatakan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan Menlu Rusia Sergei Lavrov telah melakukan pembicaraan melalui telepon pada Selasa.

Pembicaraan di antara keduanya terjadi setelah Washington dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan penerapkan sejumlah sanksi terhadap Korea Utara baru-baru ini.

"Kedua [Menlu] membahas kekhawatiran soal program nuklir Korea Utara yang mengganggu stabilisasi serta menekankan bahwa baik Amerika Serikat maupun Rusia tidak menganggap DPRK sebagai kekuatan nuklir," kata Heather dalam suatu pernyataan.

DPRK yang disebut Heather adalah nama resmi negara Korea Utara, yaitu Republik Demokratik Rakyat Korea.

Heather mengatakan kedua pihak sepakat melanjutkan upaya diplomatik agar dapat mewujudkan semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir.

Pada Selasa, Rusia menekankan tawarannya menjadi penengah untuk menurunkan ketegangan antara Washington dan Pyongyang, yang telah meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik baru bisa muncul di semenanjung itu.

Moskow mengatakan Lavrov telah mengatakan kepada Tillerson bahwa "retorika agresif Washington" serta peningkatan keberadaan militer AS di kawasan itu telah menyebabkan ketegangan meningkat dan tidak dapat diterima.

Rusia telah berkali-kali mendesak agar perundingan digelar untuk menyelesaikan krisis tersebut. Moskow juga mengatakan Lavrov telah menggarisbawahi bahwa langkah tercepat perlu diambil untuk beralih dari pernyataan-pernyataan bernada sanksi ke proses perundingan.

Tillerson sendiri telah menekankan cara diplomatik, namun pemerintahan Presiden Donald Trump telah berulang kali memperingatkan bahwa semua kemungkinan akan dipertimbangkan dalam menghadapi Korea Utara, termasuk pengerahan kekuatan militer.

Pada Oktober, Trump mengatakan Tillerson "membuang-buang waktu" dengan mengupayakan negosiasi dengan Korea Utara. Bulan ini, Gedung Putih menindaklanjuti tawaran Menlu Tillerson untuk memulai perundingan, namun dengan syarat bahwa Korea Utara harus memperbaiki sikapnya terlebih dahulu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper