Bisnis.com, YANGON - Ito Sumardi, 64, Dubes RI untuk Myanmar, ternyata memiliki visi bisnis yang hebat. Mantan polisi itu sangat fasih berbicara bisnis untuk mengundang para pengusaha Indonesia ke Negeri Tanah Emas itu. “Myanmar adalah lumbung beras terbesar di dunia, bukan Thailand atau Vietnam. Jadi datanglah ke sini untuk investasi bukan sekadar berdagang,” katanya di Yangon, Kamis (21/12/2017).
Selain beras, Mynmar juga lumbung jagung. Agribisnis bagus sekali, bayangkan proporsi perbanding konsumen sapi lebih banyak dari penduduknya. Karena masyarakat di sini tak banyak mengkonsumsi sapi, mereka lebih suka makan ikan, udang dan ayam.
Dubes RI di Myanmar Ito Sumardi berdiskusi dengan Presdir PT Phapros Tbk Batokah Sri Utami, Preskom M Yana Adhitya (kedua dari kiri) dan Chairman Medi Myanmar Win Shi Tu
Kisah sukses bisnis yang digarap oleh Japfa Comfeed Indonesia, lalu diceritakan pria asal Jawa Timur itu. “Japfa punya tujuh perusahaan di luar negeri dan yang paling untung ya berusaha di Myanmar,” kata pria yang jago golf itu.
Dubes yang telah 4 tahun bertugas di Myanmar itu merasakan denyut bisnis dari tahun ke tahun. “Ada perusahaan di Tangerang 100% pindah ke Myanmar,” kata ayah tiga anak itu.
Diskusi dengan mantan Bakareskim itu memang asyik. Selain soal bisnis, diplomasi internasional, hingga golf. Soal golf ini, Ito makin bersemangat bercerita. Selama golf di beberapa kota di Myanmar, ia selalu tampil sebagai juara pertama. “Makanya saya juara empat kali berturut-turut jika ada turnamen antar duta besar,” kata pria kelahiran Bogor 15 Juni 1953 itu sambil tertawa lebar.
Soal diplomasi Ito berbicara panjang lebar. Asyiknya, ia selalu berdasarkan data. "GDP Myanmar ini naik terus lho, ketika saya ke sini masih US$267,67 miliar dan tahun lalu sudah meningkat jadi US$283,01 miliar."
Bagusnya, kata Ito, perdagangan Indonesia dengan Myanmar selalu surplus dari tahun ke tahun meskipun nilainya berfluktuasi. Dalam 3 tahun terakhir, memang mengalami penurunan dari US$689 juta pada 2014, turun jadi US$766 juta kemudian pada tahun lalu tercatat US$729 juta. "Saya mengundang pengusaha Indonesia ramai-ramai investasi di sini. Insya Allah langsung saya bawa kepada pembuat kebijakan sesuai komitmen Presiden Aung San Suu Kyi kepada saya." Nah, tunggu apa lagi?