Kabar24.com, DENPASAR -- Konsumsi bahan bakar minyak di Bali menurun 20% menjadi 2.300 kiloliter sehari sejak erupsi Gunung Agung.
Padahal, pada hari normal, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Khusus (BBK) bisa mencapai 3.000 kiloliter dalam sehari.
Sales Executive Retail IX Pertamina Bali Aris Irmi mengatakan penurunan konsumsi mulai terjadi pada Oktober 2017 atau sejak Gunung Agung berstatus awas pertama kali. Namun ketika status Gunung Agung turun ke siaga pada November 2017 konsumsi mulai merangkak naik. Kemudian, konsumsi BBM dan BBK kembali menurun setelah Gunung Agung ditetapkan status awas lagi pada 27 November 2017.
Dengan adanya penurunan penjualan maka berarti pendapatan dari penjualan BBM dan BBK juga ikut turun. Padahal, pada penjualan normal, transaksi yang dicatat dalam sehari bisa mencapai Rp18 miliar.
"Itu all product seperti solar maupun bensin biasa," katanya, Kamis (14/12/2017).
Ketua Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswanamigas) Bali Ida Bagus Rai juga mengakui adanya penurunan pembelian BBM dan BBK. Menurutnya, dari sejumlah wilayah di Bali, Kabupaten Badung paling merasakan adanya penurunan penjualan BBM dan BBK. Adapun penurunan penjualan mencapai 30% di wilayah Badung. Sementara, Denpasar, menurutnya masih aman.
Dia pun menyetujui penurunan penjualan BBM dan BBK berkaitan dengan sepinya pariwisata Bali lantaran erupsi Gunung Agung. Menurutnya lantaran pariwisata sepi, maka sangat sedikit transportasi yang beroperasi di Bali.
"Untuk di Karangasem, sebanyak 2 SPBU juga tutup lantaran berada di kawasan rawan bencana (KRB), mereka selesai berbisnis sementara kalau sudah normal buka lagi," katanya.