Kabar24.com, KARANGASEM - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali erupsi dengan menyemburkan asap berwarna kelabu tebal yang bertekanan sedang.
"Asap menyembur dengan ketinggian sekitar 2.100 meter di atas puncak yang condong mengarah barat," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Jumat (8/12/2017).
Devy menjelaskan asap mengikuti arah angin saat ini yang bertiup lemah hingga sedang ke arah barat.
Menurut dia, erupsi bertekanan sedang yang terjadi sekitar pukul 07.59 WITA itu menandakan bahwa aktivitas vulkanik di dalam gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut tersebut masih tinggi meski sejak beberapa hari belakangan sempat mengalami jeda.
PVMBG mencatat aktivitas kegempaan enam kali dengan frekuensi yang rendah beramplitudo 11-25 milimeter, tiga kali tektonik jauh dan delapan kali embusan beramplitudo 4-24 milimeter pada pengamatan pukul 00.00 hingga 06.00 WITA.
PVMBG juga merekam tremor menerus atau "microtremor" dengan amplitudo 1-2 milimeter.
Baca Juga
Erupsi dengan asap tekanan sedang tersebut tercatat merupakan erupsi lanjutan setelah sebelumnya Gunung Agung menyemburkan abu Selasa (21/11/2017) dan Minggu (26/11/2017).
Sebelumnya, PVMBG merekam berkurangnya gas sulfur dioksida atau SO2 di Gunung Agung.
Menurut Devy, hal itu menandakan dua kemungkinan yakni laju magma yang naik ke permukaan melemah karena kehilangan energi akibat gas magmatik semakin berkurang yang pada akhirnya habis dan menuju keseimbangan.
Kemungkinan kedua terjadinya penyumbatan pada pipa magma sehingga fluida magma yang bergerak ke permukaan terhalang oleh lava di permukaan yang mendingin dan mengeras.
Apabila kemungkinan pertama yang terjadi maka, menurut dia, potensi erupsi akan berkurang karena magma kehilangan mobilitasnya.
Namun, jika kemungkinan kedua yang terjadi maka potensi erupsi akan meningkat karena akumulasi tekanan magma bertambah.
Adanya pendekatan kemungkinan itu, kata dia, karena para ahli vulkanologi belum bisa menggunakan metode pendekatan yang pasti mengingat kompleksitas yang dimiliki gunung berapi.
"Artinya meski saya menjelaskan beberapa kemungkinan, bisa jadi Gunung Agung memiliki rencana sendiri yang tidak masuk pada kemungkinan tersebut," ucapnya.