Kabar24.com, JAKARTA - Polusi udara di India mencapai 18 kali standar keamanan maksimum di balik balutan asap beracun setelah berlangsungnya pesta kembang api semalaman untuk merayakan Festival Diwali.
Pengadilan sebetulnya telah mengeluarkan perintah larangan penjualan kembang api.
Penduduk ibu kota India yang masuk dalam jajaran kota-kota dengan polusi tertinggi di dunia mengeluhkan mata mereka yang berair dan batuk parah seiring peningkatan kandungan PM2,5, partikel kecil yang bisa masuk ke dalam paru-paru.
Biasanya, kualitas udara di New Delhi memang memburuk pasca Diwali atau yang dikenal dengan sebutan festival cahaya dan Mahkamah Agung untuk sementara melarang penjualan petasan guna meminimalisir risiko kesehatan.
Namun, mayoritas penduduk masih tetap menyalakan kembang api di seluruh penjuru ibu kota hingga tengah malam entah menggunakan stok lama atau membeli dari negara-negara tetangga.
Sejumlah aktivis lingkungan mengatakan implementasi perintah pengadilan masih sangat lemah dan petasan masih digunakan secara luas untuk merayakan salah satu festival terbesar di India tersebut.
Baca Juga
"Menghirup nitrat dan amonia, produksi negara sendiri, buatan tangan! " kata Aktivis Lingkungan Vimlendhu Jha di akun Twitternya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (20/10/2017).
Indeks kualitas udara telah melampaui batas bahaya di skala 300 pada Jumat (20/10/2017), level paling parah berdasarkan skala yang ditetapkan Kedutaan Amerika.
Level 50 merupakan ambang batas udara berkategori baik dan skala selebihnya termasuk dalam tataran mengkhawatirkan.
Sejumlah wilayah di Delhi seperti Mandir Mag bahkan menunjukkan kualitaa udara di skala 941 yang hampir mendekati level 999.
Di atas levek tersebut kualitas udara sudah tak lagi bisa diukur.
Index tersebut mengukur kandungan PM2,5, PM10, ozon, nitrogen, dan sulfur dioksida sebagai indikator kualitas udara.