Bisnis.com, JAKARTA - Kebutuhan dan peluang pasar halal di Indonesia sangat besar, tetapi belum bisa terpenuhi sehingga terjadi gap antara kebutuhan pasar dan keterjangkuannya terhadap produk muslim.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan selama periode 2014-2015 terdapat sekitar 1,2 juta orang yang mencari hal berkaitan dengan fashion muslim, hijab, kerudung dan sebagainya.
“Tapi hanya 10% yang sampai ke produk. Jadi ada gap demand yang luar biasa dari orang yang butuh, tetapi tidak sampai ke solusi belanja daring,” katanya, Kamis (19/10/2017).
Menurutnya, jika dilihat dari sisi ekonomi, daya beli masyarakat Indonesia bukan menurun, melainkan pindah lifestyle atau gaya hidupnya. Dalam berbelanja daring, bergeser dari beli baju, pakaian ke leisure dan travel.
Dia dalam konferensi The 2nd Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (INHALEC) di Jakarta, Kamis (19/10/2017), mengungkapkan pemerintah turut membantu dengan mengeluarkan peta Jalan e-Commerce.
“Kesempatan dan peluang dalam pasar muslim ini sangat luas. Oleh karenanya pemerintah membuatkan peta Jalan e-Commerce, fokusnya ke infrastruktur dan cyber security,” ujarnya dalam situs resmi Kemenkominfo.
Sementara itu, Ketua Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar, selaku penyelenggara The 2nd INHALEC, mengatakan konfrensi dimeriahkan dengan pameran yang diikuti 106 peserta dari dalam negeri dan 45 peserta dari luar negeri.
Pameran tersebut mencakup 10 sektor yang menjadi bagian dari gaya hidup halal, yaitu makanan, pariwisata, fashion, kosmetik, pendidikan, finansial, farmasi, media dan rekreasional, layanan kesehatan dan kebugaran, serta seni dan budaya.
“Ajang ini sekaligus membuktikan bahwa Indonesia sebagai negara mayoritas muslim tak sekadar bisa menjadai konsumen industri halal, tapi juga produsen produk halal untuk pasar global,” tegasnya.