Kabar24.com, JAKARTA – Para pemimpin separatis Catalonia mengisyaratkan kemungkinan adanya deklarasi kemerdekaan sepihak secepatnya pekan ini, pasca bentrokan sejumlah aktivis dengan pihak kepolisian Spanyol.
Presiden Catalonia Carles Puigdemont meminta dukungan Uni Eropa seiring komitmennya untuk menginformasikan hasil pemungutan suara kepada parlemen wilayah dalam beberapa hari mendatang.
“Sidang akan berjalan sesuai dengan undang-undang referendum, dan itu dapat mengarah pada deklarasi kemerdekaan sepihak dalam waktu 48 jam setelah pemberitahuan,” kata Puigdemont, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (2/10/2017).
“Warga Catalonia telah memenangkan hak untuk memiliki sebuah negara merdeka,” lanjut Puigdemont.
Menurut juru bicara pemerintah, dua juta warga Catalonia dari total 2,3 juta suara mendukung kemerdekaan. Sebelum bentrokan tersebut, para pemimpin separatis menyatakan akan mendeklarasikan kemerdekaan dengan sekitar 1,8 juta suara.
Kerangka waktu yang diisyaratkan Puigdemont dapat membawa pengumuman pembentukan Republik Catalan pada 6 Oktober. Tepat 83 tahun sebelumnya, Presiden Catalonia Lluis Companys juga mengumumkan kemerdekaan.
Sedikitnya 91 orang terluka di Catalonia pada Minggu (1/10) saat polisi dan demonstran bentrok dalam referendum kemerdekaan yang dilarang di wilayah timur laut Spanyol.
Sebanyak 337 orang dilarikan ke rumah sakit dan pusat kesehatan, kata juru bicara departemen kesehatan Pemerintah Katalunya. Sejauh ini telah dikonfirmasi 91 orang mengalami cedera, salah satunya dengan luka serius.
Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan 11 petugas polisi terluka dalam bentrokan tersebut.
Insiden ini bermula ketika ratusan orang berkumpul di tempat-tempat pemungutan suara untuk referendum yang dinyatakan tidak konstitusional oleh pemerintah pusat dan pengadilan Spanyol.
Tujuan mereka adalah untuk melindungi tempat pemungutan suara secara damai dengan mencegah polisi memasuki dan merebut kotak dan surat suara.
Namun polisi memaksa masuk ke tempat pemungutan suara, terutama di Barcelona, ibu kota Catalonia, dan Girona. Dalam aksinya, pihak kepolisian dikabarkan juga menembakkan peluru karet.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy berupaya menghadapi krisis konstitusional terbesar di negara itu saat Puigdemont terlihat memanfaatkan periode yang sulit selama beberapa dekade untuk mendesak kemerdekaan Catalonia dari Spanyol.
Rajoy pun berjuang untuk mempertahankan kekuasaan saat sekutu-sekutunya mendapatkan perlawanan sengit di parlemen nasional, sedangkan para petugas pemerintahan berjuang untuk menegakkan hukum di wilayah pemberontak.
Meski sebuah deklarasi kemerdekaan tidak memiliki kekuatan hukum dan kemungkinan besar tidak akan diakui oleh masyarakat internasional, namun ini merupakan tantangan bersejarah bagi otoritas pemerintah Spanyol dan institusi negara.