JAKARTA—Kontroversi soal pembakaran rumah warga etnis Rohingya kian terungkap setelah rombongan wartawan dengan pengawalan aparat pemerintah Myanmar mengunjungi wilayah Maungdaw di Rakhine.
Wartawan BBC Jonathan Head menyaksikan sendiri bagaimana sekelompok anak muda pemeluk Buddha di Rakhine membakar rumah-rumah di satu desa yang ditinggalkan warganya yang mengungsi. Head mengaku bagian dari rombongan wartawan yang diundang oleh pemerintah Myanmar untuk melihat keadaan di Maungdaw, di negara bagian Rakhine.
Syarat untuk mengikuti perjalanan ini adalah kami harus selalu berkelompok. Selain itu tidak boleh jalan sendirian dan harus mengikuti agenda perjalanan ke tempat-tempat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
“Permintaan untuk mengunjungi tempat-tempat lain yang kami nilai menarik, bahkan lokasinya sebenarnya tak terlalu jauh, ditolak dengan alasan keamanan,” ujarnya sebagaimana dikutip BBC.com, Jumat (8/9). Dalam perjalanan kembali dari daerah Al Le Than Kyaw, di selatan Maungdaw, Head melihat asap membumbung ke angkasa, yang mengisyaratkan rumah-rumah baru saja dibakar.
Polisi mengatakan warga Muslim sengaja membakar rumah-rumah mereka, meski kami tahu sebagian besar warga Muslim ini sudah meninggalkan desa mereka, setelah milisi Tentara
Pembebasan Rohingya Arakan menyerang pos polisi pada 25 Agustus, ujarnya.
Baca Juga
Dia mengaku melihat setidaknya tiga asap yang membumbung dan mendengar tembakan sporadis. Rombongan wartawan juga melihat asap tebal berwarna hitam dari desa di tepi sawah.
“Kami langsung memutuskan untuk melihat dari dekat dengan melewati persawahan. Kami melihat api masih menyala dari beberapa rumah pertama. Seluruh rumah di desa ini habis terbakar hanya dalam waktu sekitar 20-30 menit,” ujarnya. Head mengatakan bahwa terlihat dengan jelas bahwa desa tersebut sengaja dibakar.
Ketika rombongan berjalan memasuki desa, kami melihat sekelompok anak muda berbadan kekar membawa parang dan pedang. Mereka meninggalkan desa. “Ketika kami berusaha mewawancarai, mereka menolak direkam dengan kamera,” ujar Head.
“Namun rekan saya, seorang warga Myanmar, bisa berbicara dengan mereka. Mereka mengaku warga Buddha Rakhine. Salah seorang di antaranya mengakui sebagai orang yang memulai membakar rumah-rumah di desa ini. Dia juga mengatakan dibantu oleh polisi,” ujarnya.
Menurutnya, ketika rombongan masuk lebih jauh, melihat madrasah yang atapnya juga terbakar. Api dengan cepat menyebar ke beberapa rumah di sekitarnya. Tidak ada orang di desa ini. Orang-orang yang baru saja kami temui adalah pelaku pembakaran.
“Di jalan desa kami melihat peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, dan pakaian perempuan berserakan. Kami menemukan jeriken bensin di tengah jalan. Begitu kami keluar semua rumah di desa ini habis terbakar, yang terlihat hanya sisa-sisa berwarna hitam,” ujarnya.