Bisnis.com, MATARAM -- Otoritas Jasa Keuangan wilayah Nusa Tenggara Barat mengapresiasi perkembangan industri perbankan yang cukup pesat dalam kurun waktu empat tahun ini.
Kepala OJK NTB Yusri mengatakan perkembangan industri perbankan ditandai dengan meningkatnya beberapa indikator seperti aset, kredit dan himpunan dana pihak ketiga.
Selain itu, prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh perbankan di NTB dinilai berhasil menjaga rasio kredit bermasalah sehingga berada di bawah ambang batas yang ditetapkan otoritas.
"Perkembangan industri perbankan di sini (NTB) dalam 4,5 tahun sangat menggembirakan. Indikator-indikator menunjukkan tren kinerja yang positif," ujar Yusri di Mataram, Selasa (29/8/2017).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang disampaikan Yusri, tercatat aset perbankan tumbuh 100% dari Desember 2012 yang sebesar Rp20 triliun menjadi Rp40 triliun per Juni 2017.
Himpunan dana pihak ketiga tumbuh 45% dari Rp13 trliun pada Desember 2012 menjadi Rp24 triliun di Juni 2017.
Baca Juga
Selain itu, penyaluran kredit juga tumbuh menjadi Rp32 triliun per Juni 2017 dari sebelumnya Rp16 triliun pada Desember 2012. Penyaluran kredit tersebut, diapresiasi Yusri masih menerapkan prinsip kehati-hatian sehingga bisa menjaga rasio kredit bermasalah atau NPL berada di bawah 2%.
Sayangnya, masih ada pekerjaan rumah yang harus dibereskan oleh otoritas bersama dengan pelaku industri jasa keuangan, khususnya perbankan untuk meningkatkan porsi kredit produktif yang disalurkan.
Menurutnya, saat ini porsi penyaluran kredit produkti masih di bawah target 12% yang ingin dicapai hingga akhir 2017.
"Industri ini masih belum mampu keluar dari perangkap porsi kredit produktif. Ini perlu peran kita untuk mendorong pelaku usaha supaya ekonomi bisa bergerak sehingga bisa memberikan multiplier effect terhadap masyarakat," ujar Yusri.