Beda Sikap
Menurut Ari, Angkatan Laut Jepang memang memiliki sikap yang berbeda dengan Angkatan Darat terhadap kemerdekaan Indonesia setelah kekalahan Jepang dari Sekutu.
Angkatan Darat menyikapi kekalahan Jepang dengan menerima "status quo" yang diminta Sekutu, yang akhirnya situasi dikembalikan saat sebelum perang, yaitu Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
Tentara Jepang adalah alat Sekutu untuk menjaga ketertiban dan tidak boleh ada perubahan situasi. Kemerdekaan Indonesia berarti terjadi perubahan situasi yang dapat menyudutkan Jepang.
Sedangkan Angkatan Laut mengambil sikap pemerintah Jepang pernah menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia. Bagi Angkatan Laut, janji samurai harus ditepati.
Hal itu juga diperkuat oleh pemikiran perwira-perwira Angkatan Laut yang lebih maju dibandingkan Angkatan Darat karena kebanyakan dari mereka mendapatkan pendidikan di luar negeri.
Karena itulah, pada 16 Agustus 1945 malam, setelah Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta dari Rengasdengklok, Maeda menyediakan rumahnya untuk rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sesampai di Jakarta, di rumah Hatta, Soebardjo menelepon Hotel Des Indes, tempat anggota PPKI menginap, untuk menanyakan apakah bisa disediakan ruangan untuk rapat.
"Pihak hotel menolak karena pemberlakuan jam malam," kata Ari.
Soebardjo kemudian menelepon Maeda agar dapat meminjamkan ruangan di kediamannya untuk rapat persiapan proklamasi kemerdekaan. Maeda menyatakan bersedia.
Setelah mendapatkan jawaban dari Maeda, Soebardjo kembali menelepon Hotel Des Indes untuk mengundang anggota PPKI agar segera datang ke rumah Maeda pada pukul 00.00.