Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUTA BESAR INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA, MOHAMAD WAHID SUPRIYADI: "Banyak Mengandalkan Networking"

Rusia dan Indonesia telah menjalin hubungan sejarah yang panjang. Negeri Beruang Merah ini sempat menjadi salah satu mitra dekat Indonesia.
Rusia/reference.com
Rusia/reference.com

2. Hilangkan Stigma Negatif terhadap Rusia

Apa sebenarnya masalah utama yang Anda alami dalam upaya menarik investasi?

Kalau menariknya gampang sekali. Mereka bahkan datang ke saya untuk menawarkan, terutama di bidang energi. Energi apa pun termasuk nuklir. Hanya memang untuk geothermal agak sedikit karena mereka bilang bukan spesialisnya. Selain itu, nilai ekonomisnya masih belum bisa masuk.

Namun, batu bara bahkan dengan yang low calories, mereka ubah menjadi high calories. Mereka punya teknologi banyak sekali untuk energi dan tambang.

Makanya, sekarang itu banyak sekali pengusaha-pengusaha yang punya smelter dan mereka mendukung dengan UU kita untuk tidak mengekspor raw material. Ada beberapa perusahaan with holding yang sudah membangun smelter di Indonesia. Jadi, permasalahan sebenarnya ada di kita [Indonesia].

Lantas apa yang pebisnis Rusia harapkan dari Indonesia?

Intinya, bagaimana mencari partner yang pas. Di kita masih ada stigma, baik perdagangan maupun investasi, sulit berbisnis di Rusia. Orang Indonesia masih melihat 1990—1991 ketika masih terjadi kekacauan, mafia, dan sebagainya.

Semua yang saya tanya itu masalahnya di situ. Ada stigma negatif berdagang dan berinvestasi dengan Rusia. Padahal, di tempat lain, [pengusaha] Rusia banyak berinvestasi.

Oleh karena itu, kita membuat Festival Indonesia yang mendatangkan orang-orang Indonesia. Tahun lalu, ada 400 orang yang 250 di antaranya pengusaha. Adapun sisanya para artis untuk kebudayaan.

Pada tahun ini ditargetkan ada 800 orang dengan 500-nya pengusaha. Di sana, mereka bisa melihat potensinya, termasuk dari Kadin mereka. Jadi, memang mencari partner yang pas itu masih perlu waktu karena memang masalah utama itu kendala di bahasa.

Atas kendala bahasa ini, apa yang bisa dilakukan KBRI?

Kami menyediakan penerjemah. Kita ada penerjemah Indonesia-Inggris sekitar 5 di KBRI. Selain itu, kita juga mencari voluntir yang akan standby di setiap stan. Kami mencari 30-an voluntir dari yang daftar sekitar 70-an.

Hasil dari festival ini, kami melihat ada peluang sangat besar untuk memasok sayuran dan tropical fruits. Tropical fruits di sini sebagai barang yang sangat eksotik. Selain itu, kita melihat peluang peningkatan turis.

Tahun lalu tanpa direct flight, ada kenaikan turis [dari Rusia ke Indonesia] 22,5% menjadi 80.000 orang. Padahal, targetnya 75.000 orang. Tahun ini targetnya sekitar 100.000 orang. Ini gampang apalagi ada direct flight Garuda Indonesia mulai akhir Agustus.

Angka 80.000 itu kecil jika dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 1 juta, Vietnam 450.000, Turki sekitar 3 juta, dan Mesir sekitar 3 jutaan [turis Rusia].

Dengan adanya direct flight tersebut, bagaimana cara Anda mempromosikan destinasi di Indonesia non-Bali?

Kami akan bicara dengan Garuda. Saya pernah memberi contoh bahwa dulu Garuda punya program yang bagus ketika saya di Australia. Mereka memberikan satu tiket gratis bagi yang ke Indonesia. Tiket gratis itu digunakan ke tujuan destinasi lain di Indonesia. Kami juga ada program dengan pelajar/mahasiswa kita di sana [Rusia].

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper