Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUTA BESAR INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA, MOHAMAD WAHID SUPRIYADI: "Banyak Mengandalkan Networking"

Rusia dan Indonesia telah menjalin hubungan sejarah yang panjang. Negeri Beruang Merah ini sempat menjadi salah satu mitra dekat Indonesia.
Presiden RI Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di kediaman kenegaraan Bocharov Ruchei, di Sochi, Rusia,  Rabu (18/5)./Reuters-Sergei Karpukhin
Presiden RI Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di kediaman kenegaraan Bocharov Ruchei, di Sochi, Rusia, Rabu (18/5)./Reuters-Sergei Karpukhin

3. Carilah Partner yang Pas

Bagaimana target investasi dan perdagangan ke depan?

Investasi kita [dari Rusia ke Indonesia] naik 440% walaupun masih kecil sekitar US$5,5 juta [tahun lalu]. Komitmen sebenarnya sekitar US$20 miliar tapi memang enggak direct karena melalui negara ketiga. Misalnya, ada perusahaan Rusia dan punya kantor juga di Singapura. Bisa jadi, investasi yang tercatat berasal dari Singapura.

Saya agak ambisius menargetkan dari sisi perdagangan bisa mencapai US$5 miliar pada 2019 saat masa akhir tugas saya. Posisi sekarang US$2,6 miliar sehingga memang terlalu ambisius. Tapi potensinya masih besar. Dengan adanya direct flight, Festival Indonesia, dan lainya bisa membantu peningkatan.

Ada masalah atau kendala lain yang dikeluhkan?
Pertama, memang masalah persepsi. Apalagi Rusia baru melihat Indonesia peluangnya besar. Sebenarnya, kita sendiri juga agak terlambat. Kedua, tidak ada sinkronisasi peraturan pusat dan daerah. Barangkali itu sangat umum.

Ketiga, lebih kepada belum saling mengenal sehingga kesulitan dalam mencari partner yang pas. Bisnis itu masalah trust. Ini sebenarnya tugas kami. Makanya, kami lebih banyak bekerja dengan cara networking. Kalau lewat surat resmi ke Kadin dan sebagainya justru jarang direspons.

Bukankah mereka yang seharusnya berfungsi untuk menjembatani?

Harusnya iya tapi di Indonesia belum seaktif di sini. Saya menduga stigma itu masih cukup kuat. Kendala lain adalah FTA [free trade agreement]. Indonesia sebenarnya juga ketinggalan masuk dalam Euro Asean Economic Unit. Kita sudah ketinggalan dengan Vietnam.

Artinya, barang dari Vietnam ke Rusia—masuk ke pasar 168 juta—itu zero tax. Sementara itu, barang kita terbebani tax bisa sampai 18%. Bayangkan, furnitur dari Indonesia kan bagus tapi kalah bersaing karena beban pajak itu.

 

Pewawancara: Chamdan Purwoko

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper