Bisnis.com, JAKARTA—Investasi global diprediksi akan membaik pada tahun ini dan tahun depan atau melanjutkan rebound yang telah terjadi sejak kuartal IV/2016 lalu.
Morgan Stanley dalam laporannya menyebutkan, indikasi perbaikan investasi itu telah nampak dari kenaikan kenaikan Gross Fixed Capital Formation (GFCF) pada kelompok negara maju pada kuartal IV/ 2016 dan kuartal I/2017.
Sektor swasta dalam hal ini menjadi pendongkrak utama kenaikan investasi global tersebut. Adapun, GFCF merupakan indikator kenaikan aset bersih pada investasi sebuah negara atau kawasan dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini GFCF tidak memasukkan perhitungan pada depresiasi aset tetap dan proses pembelian lahan.
“Pertumbuhan investasi masih akan terus bergerak positif meskipun di beberapa negara muncul risiko pengetatan moneter ataupun fiskal. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah perubahan kebijakan politik di sebuah negara,” tulis laporan tersebut, Selasa (11/7/2017).
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa investasi di luar China akan tumbuh ekspansif pada tahun ini, setelah sempat menunjukkan pertumbuhan yang moderat pada dua tahun sebelumnya. GCFCF negara-negara dunia tanpa menyertakan China akan tumbuh 3,6% pada 2017.
Adapun, pada 2015 GFCF negara di luar China hanya menembus 1,2% dan berlanjut menjadi 2% pada tahun berikutnya. Sementara itu pertumbuha GFCF di China justru diperkirakan akan menunjukkan penurunan pada tahun yakni mencapai 4,8% dari tahun sebelumnya yang menembus 6,3%.
Secara total, pertumbuhan GFCF global akan tumbuh 3,8% tahun ini atau melonjak dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,2%. Hal itu di antaranya didukung oleh pertumbuhan arus investasi pada 22 dari 31 negara yag disurvei.
Jumlah itu meningkat dari kuartal II/2016 yang hanya mencapai 12 negara dan 20 negara pada kuartal IV/2016.
Terpisah, dalam riset lain yang dirilis oleh Goldman Sach , yen akan menjadi aset safe haven yang paling aman dibandingkan mata uang utama global lainnya bagi para investor.
Ekonom Goldman Sach Kevin Daily mengatakan, mata uang Jepang sangat sesuai dengan pergerakan aset aset berisiko global dalam sedekade terakhir. Klaim itu didapatkan olehnya setelah melakukan perbandingan terhadap fluktuasi harian dan bulanan terhadap 28 mata uang pasar global dalam dua periode yakni 2007-2011 dan 2012-2016.
Dalam hal ini yen menunjukkan karkaternya sebagai mata uang yang memiliki risiko paling rendah terhadap pergerakan saham global, harga minyak AS dan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun.
"Yen adalah mata uang safe haven yang paling aman, dengan franc Swiss dan dolar AS berlomba-lomba untuk menempati posisi kedua di bawah yen," kata Daily, seperti dikutip dari Reuters (11/7/2017)
Adapun, mata uang yang memiliki risiko relatif tinggi adalah peso Meksiko, rand Afrika Selatan, dolar Kanada dan dolar Australia. Mata uang negara-negara tersebut dinilai cukup terpengaruh oleh pergerakan yield obligasi AS bertenor 10 tahun