Kabar24.com, MATARAM -- Dari luar sepintas nampak bangunan merah di atas bukit di Dusun Jurang Malang, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada Lombok Barat ini seperti sebuah kelenteng.
Siapa sangka, bangunan tersebut merupakan sebuah mushala yang merupakan tempat beribadah bagi umat Muslim di sekitar lokasi.
Mushala Al-Ridwan ini dibangun seorang mualaf keturunan Tionghoa Ang Thian Kok beserta istrinya.
Setelah menjadi mualaf, Ang Thian Kok berganti nama menjadi H. Ahmad Maliki.
Pembangunan mushala merupakan wujud dakwah atas harta yang dimilikinya pada 17 Maret 2010.
Baca Juga
Ornamen dan tulisan China berada di beberapa sudut mushala ini, sehingga masyarakat sekitar banyak yang menyebutnya mushala kelenteng.
Mushala kelenteng berukuran 15 meter kali 12 meter dengan luas tanah sekitar 90 are.
Berada di atas bukit, pemandangan di sekitar mushala kelenteng ini sangat menarik dengan hutan lindung yang berada di sekitarnya.
Bentuknya yang unik dan warnanya yang mencolok membuat mushala ini tidak hanya menjadi tempat beribadah masyarakat Muslim di sekitar.
Masjid kelenteng ini juga menjadi salah satu lokasi wisata yang ramai dikunjungi.
Ide pembuatannya berawal dari sebuah majalah yang diterbitkan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) tahun 2009 yang menampilkan sebuah masjid unik yang didirikan oleh Yayasan H.M. Cheng Hoo, Surabaya, Jawa Timur dengan sebuah model masjid berarsitektur China yang unik dan bagus.
Ang Thian Kok atau Ahmad Maliki sebelum menjadi mualaf pernah bermimpi didatangi sejumlah Kiai di rumahnya di Selagalas, Lombok Barat.
Pada malam yang lain, istrinya, bermimpi membaca dua kalimah syahadat.
Rupanya, mimpi itulah yang menjadi hidayah, petunjuk bagi pasangan suami istri tersebut untuk memeluk agama Islam pada 18 Mei 1989.
Pasangan suami-istri beretnis Tionghoa ini akhirnya resmi menjadi mualaf dengan nama Islam Muhammad Maliki dan Siti Maryam yang disempurnakannya dengan menunaikan ibadah haji masing-masing pada 1990 dan 1993.