Kabar24.com, JAKARTA -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani menjelaskan erupsi atau letusan yang terjadi di Kawah Sileri merupakan erupsi freatik.
"Jenis erupsi ini terjadi lantaran adanya kontak antara air tanah, air danau, atau air hujan dengan magma yang berada di bawah permukaan bumi," katanya, Senin (3/7/2017).
Kontak antara air dan magma kemudian menciptakan uap air yang kemudian terkumpul di bawah permukaan dan menunggu untuk meletus pada batas tekanan tertentu. Letusan freatik merupakan letusan yang sifatnya tiba-tiba dan sesaat.
Baca Juga
Dijelaskan, gas yang keluar dari kawah mengandung CO2 dalam kadar tertentu. Namun ia meyakinkan bahwa kandungan CO2 dalam gas yang keluar dari Kawah Sileri saat ini masih dalam batas wajar.
Kasbani menegaskan, bahwa pihaknya secara rutin melakukan pemantauan atas kandungan gas di kompleks Dataran Tinggi Dieng. Meski tidak ada kandungan yang berbahaya dalam gas, tetapi Kasbani mengingatkan bahwa potensi erupsi freatik masih ada di Kawah Sileri.
Kawah Sileri pernah meletus sebanyak dua kali yakni pada April dan Mei lalu. PVMBG menegaskan untuk meminta pihak pengelola menutup area kawah hingga radius 100 meter. Selain material yang terlempar akibat erupsi, hal yang cukup berbahaya adalah keluarnya gas beracun dari kawah Sileri.