Kabar24.com, GUNUNGKIDUL—Setelah Lebaran, urbanisasi pun dimulai. Pemudik berangsur-angsur meninggalkan kampung halaman dan kembali ke perantauan mengajak sanak saudara bekerja ke luar kota. Umumnya kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya menjadi tujuan untuk mengubah nasib mencari penghasilan yang lebih baik.
Bagi kota-kota besar, seperti Jakarta, urbanisasi merupakan masalah tersendiri lantaran jumlah penduduk yang semakin padat. Namun, begitu hal itu tak dapat lagi terbendung seiring dengan banyaknya warga daerah yang ingin mengadu nasib.
Di Gunungkidul, setiap tahunnya terdapat ratusan orang yang hijarah ke berbagai kota di Indonesia, terutama Jakarta. Sebagian berangkat selepas Lebaran bersama sanak saudara yang mudik. Pemerintah daerah tak bisa berbuat banyak dengan fenomena tersebut. “Ya tidak masalah jika merantau membawa keahlian dan sudah memiliki tuujuan,” ucap Bupati Gunungkidul Badingah, pekan lalu.
Dia tak memungkiri peluang pekerjaan di sektor formal atau kantoran masih sangat susah didapatkan di Gunungkidul. Sehingga hal itu menjadikan sebagian orang memilih untuk pergi ke kota besar untuk mendapat kesempatan kerja di sektor formal.
Di sisi lain, menurut Badingah, pesatnya perkembangan pariwisata di Gunungkidul harusnya dapat dimanfaatkan oleh warga untuk mencari penghasilan. Dia mencontohkan Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, bisa menyerap ratusan pemuda desa sebagai pengelolanya. Mereka tak perlu merantau sudah mendapatkan penghasilan cukup lumayan.
Selain mengelola, dengan lebih dari 2 juta wisatawan per tahun, warga bisa mengembangkan usaha pendukung pariwisata, seperti warung, homestay dan toko oleh-oleh. Warga bisa mengembangkan potensinya daerahnya tanpa harus merantau.
Seorang perantau yang sedang mudik, Suyanto memilih bekerja di Jakarta karena sesuai dengan ijazah yang dimikinya. Saat ini dirinya bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa di Jakarta Selatan.
Saat mudik beberapa tahun lalu, dirinya mengajak salah seorang keponakannya untuk merantau. “Dulu saya juga diajak kakak bekerja di Jakarta, di sini [Gunungkidul] sulit mencari pekerjaan, kalaupun ada gajinya tidak sebanding,” katanya.