Bisnis.com, JAKARTA— Kekalahan Partai Konservatif dan terjadinya hung parliament dalam pemilu dini di Inggris membuat optimisme bisnis di Inggris mengalami penurunan.
Dalam survei yang dilakukan oleh Institute of Directors (IoD) kepada para pemimpin bisnis di Inggris, 57% dari respondennya mengatakan pesimis terhadap prospek ekonomi negara tersebut selama setahun kedepan. Level itu lebih tinggi dari Juni tahun lalu, atau saat jajak pendapat Brexit dilakukan. Pada saat itu level pesimisme pebisnis mencapai 43%.
Lembaga tersebut memperkirakan, pesimisme itu disebabkan oleh melemahnya pemerintahan Inggris setelah tidak adanya partai yang mampu menguasai mayoritas kursi di parlemen atau hung parliament. Kondisi itu dinilai akan mempersulit langkah Perdana Menteri Theresa May dalam mewujudkan proses soft Brexit dalam pertemuan dengan Uni Eropa pada 19 Juni mendatang.
"Ketidakpastian politik Inggris saat ini telah meningkatkan kekhawatiran dari para pemimpin bisnis. Jika ini tidak segera ditangani maka akan menjadi bencana bagi ekonomi Inggris," kata Stephen Martin, Direktur Jenderal IoD , seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (12/6/2017).
Seperti diketahui, proses soft brexit adalah yang paling diharapkan oleh para pebisnis di Inggris. Pasalnya, salah satu keistimewaan proses tersebut adalah sektor keuangan dan perdagangan Negeri Ratu Elizabeth akan tetap memiliki akses khusus menuju Uni Eropa dan sebaliknya.
Kondisi berbeda terjadi ketika proses hard Brexit yang diambil. Inggris dalam hal ini akan memutus segala hubungan dan kerjasama dengan Uni Eropa dan menempatkan negara itu seperti negara-negara lain di luar blok tersebut.
Sementara itu, dari 686 responden yang disurvei oleh IoD, 92% di antaranya mengatakan bahwa mereka khawatir dengan persiapan pemerintah dalam menghadapi proses Brexit dan dampaknya terhadap ekonomi Inggris.
Mereka paling khawatir tentang kemampuan Inggris untuk mengamankan kesepakatan perdagangan dengan Uni Seropa sebagai dampak meninggalkan blok tersebut.