Bisnis.com, RIYADH - Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Jokowi tiba di Riyadh, Arab Saudi, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Arab, Islam dan Amerika Serikat (Arab Islamic American Summit) pada Minggu (21/5/2017).
Berdasarkan pantauan Antara, Sabtu (20/5/2017), Pesawat kepresidenan yang membawa RI satu dan rombongan mendarat di Salman Air Base, Riyadh, Arab Saudi, pada pukul 20.30 waktu setempat.
Presiden tiba di ibukota Arab Saudi setelah menempuh perjalanan sekitar sembilan jam lebih setelah berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma pada pukul 12.30 WIB.
Presiden sempat transit di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), mendarat sekitar sekitar pukul 15.36 WIB untuk mengisi bahan bakar dan kembali terbang pada pukul 16.51 WIB.
Wakil Gubernur Riyadh Prince Mohammed bin Abdul Aziz menjemput di bawah tangga pesawat Kepresidenan.
Selain itu, Duta Besar Indonesia untuk Arab Agus Maftuh juga ikut menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi.
Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, saat berbincang dengan wartawan di Hotel Continental Riyadh, mengatakan kedatangan Presiden dalam KTT Arab dan AS ini, Indonesia sebagai negara muslim terbesar yang konstisten untuk mengedepankan "ukhuwah Islamiyah" kesatuan umat.
"Kesatuan umat inilah salah satu kunci menangani persoalan-persoalan, terutama masalah terorisme yang justruL korban terbesarnya adalah masyarakat negara dunia Islam sendiri," kata Fachir.
Wamenlu juga mengatakan KTT Arab, Islam dan AS ini yang pertama dan merupakan hal yang bersejarah.
"Artinya pertemuan kepala negara dari AS dengan Arab dan Islam. Ini punya atti yang sangat penting dan diharapkan bahwa ini bisa menjadi semacam forum dialog antara AS dengan Arab dan Islam," katanya.
Fachir berharap forum ini sekaligus bisa mendorong kerjasama dan kemitraan untuk perdamaian dunia.
Menurut Wamenlu, kerjasama tersebut untuk menangani persoalan-persoalan masalah terorisme.
"Kita tentu akan berbagi pengalaman kita mengenai penanganan terorisme, termasuk keseimbangan antara hard power dan soft power, terutama derakalisasi," jelasnya.
Fachir menjelaskan bahwa Indonesia secara tradisional melakukan kerjasama dengan organisasi Islam. Memang kita ingin secara jelas nantinya bahwa kemitraan ini bisa ditindaklanjuti dalam forum ini. dam kita konsiaten mengedapankan upaya ukhuwah Islamiyah lesatuan umat. krn kesatuan umat inilah salah satu kunci menangani persoalan.