Bisnis.com, MANAD0 -- Kamar Dagang & Industri (Kadin) menilai pembukaan rute kapal RoRo Davao-General Santos-Bitung bisa menjadi peluang bagi pengusaha Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar ke Asia Timur.
Daniel Singap Pesik, Wakil Ketua Kadin Sulawesi Utara, mengatakan waktu tempuh Bitung ke Davao hanya tiga hari, termasuk singgah satu hari di General Santos. Waktu tempuh yang terbilang ringkas itu bisa menjadi kesempatan bagi pengusaha, terutama di Kawasan Timur Indonesia untuk menjamah pasar China dan Korea.
"Ini bukan saha Filipina, tapi dari sana bisa ke China, Korea dan lain-lain. Davao itu bisa menjadi stepping stone," jelasnya di Manado, Kamis (4/5/2017).
Untuk diketahui, sejak 30 April 2017 kapal Super Shuttle RoRo12 milik maskapai Asian Marine Transport Corporation telah memulai pelayaran perdana dari Davao-General Santos-Bitung. Ongkos angkut untuk satu kontainer bakal dipatok sekitar US$500 atau hanya seperempat dari ongkos yang dikeluarkan bila menggunakan rute memutar lewat Jakarta-Singapura-Manila.
Daniel menjelaskan, potensi ekspor komoditas ke Filipina juga terbilang masih menjanjikan kendati Sulawesi dengan Mindanao menghasilkan komoditas yang sama seperti jagung dan kelapa. Namun, kebutuhan Filipina akan bahan baku lebih besar sehingga permintaan belum dalam level jenuh.
Di lain pihak, Sulawesi Utara tengah menggenjot hasil produksi jagung yang tahun ini ditargetkan mencapai 1,2 juta ton. Hasil produksi jagung tersebut menurut Daniel bisa diekspor ke Filipina. Bagi pengusaha kecil, kapal RoRo juga membantu pengusaha melakukane ekspansi dengan modal tidak terlalu besar."Dulu kita harus tampung dulu sampai 1.000 ton agar bisa carter kapal, sekarang 1 kontainer saja cukup," ujar Daniel
Baca Juga
Berdasarkan data BPS, tren ekspor Sulawesi Utara ke Filipina melandai. Sepanjang 2016, ekspor Bumi Nyiur Melambai turun 16,21% menjadi US$23,82 juta. Bahkan, di 2015, ekspor turun hingga 43% dari posisi pada 2014 sebear US$49,87 juta. Perlu diketahui, ekspor Sulut ke Filipina hampir seluruhnya melalui provinsi lain.
Sementara itu, data Kementerian Perdagangan menunjukkkan, ekspor Indonesia ke Filipina pada 2016 mencapai US$5,27 miliar atau naik 34%. Di samping itu, neraca perdagangan dengan Filipina tercatat surplus US$4,4 miliar karena impor dari Filipina hanya US$821,8 juta di periode yang sama.