Bisnis.com, Jakarta—Badan Pusat Statistik merilis hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016 yang menunjukkan prevalensi 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual selama hidupnya.
Pada setahun terakhir ini, 1 dari 10 perempuan mengalami kekerasan. Dengan melakukan survei terhadap 9.000 rumah tangga, data BPS memperlihatkan perempuan yang tinggal di daerah perkotaan banyak mengalami kekerasan daripada di perdesaan.
Kekerasan fisik merupakan jenis kekerasan yang paling banyak dilakukan oleh suami/pasangan pada istri/pasangan perempuan. Sementara, kekerasan seksual yang paling banyak dilakukan selain/bukan pasangan.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, survei dilakukan secara spesifik dengan responden perempuan usia 16-64 tahun dan surveyor BPS yang perempuan pula. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi yang sahih dan tidak terintimidasi oleh pihak lain.
“Cara melakukan wawancara juga spesifik, dengan duduk berdua, dan tidak boleh dihadiri oleh siapapun selain petugas dan responden,” katanya, di Jakarta, Kamis (30/3/2017).
Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Vennetia Danes, mengatakan budaya patriarki kerap menjadi latar belakang terjadinya kekerasan dalam perempuan, terutama dalam rumah tangga.
Pihaknya telah melakukan sejumlah program dengan pelibatan laki-laki sebagai pihak yang turut menopang keberhasilan perempuan.
“Laki-laki merasa sayang dengan perempuan, partner yang sejajar yang perlu ditumbuhkembangkan kemampuannya sehingga berdampak pada keluarga, bukan akan melampaui laki-laki dalam kesetaraan gender,” ujarnya.
Video Infografis: Sepertiga Perempuan Indonesia Alami Kekerasan