Kabar24.com, JAKARTA - Pangeran William dan istrinya, Kate, disambut Presiden Prancis, Francois Hollande, saat memulai lawatan dua hari ke Paris untuk menyoroti hubungan kuat Prancis-Inggris meskipun negaranya keluar dari Uni Eropa.
Itu kunjungan resmi pertama William ke Paris sejak ibunya, Putri Diana, tewas ketika limosin, yang membawa dia dan kekasihnya, Dodi al-Fayed, mengalami kecelakaan di terowongan Paris pada Agustus 1997.
William, yang tersenyum, dan Kate berdiri di kedua sisi Hollande, yang menyambut pasangan itu dalam kunjungan pertama mereka ke Istana Elysee, tempat mereka membahas perang Suriah dan melawan terorisme serta hubungan Prancis-Inggris, kata sumber dari kepresidenan Prancis.
Dengan mencatat hubungan kuat kedua negara itu, William mengatakan dalam jamuan, bahwa kemitraan itu akan berlanjut meskipun Inggris baru-baru ini memutuskan meninggalkan Uni Eropa.
"Kedalaman persahabatan kami dan luasnya kerja sama kami tidak akan berubah," katanya.
Setelah keputusan pada Juni lalu untuk meninggalkan Uni Eropa, Inggris akan memulai negosiasi dua tahun tentang proses keluarnya negara itu dari Uni Eropa dimana Prancis sebagai pendiri Uni Eropa akan memiliki pengaruh yang kuat.
William, urutan kedua dalam tahta Inggris, telah dikritik beberapa surat kabar Inggris pekan ini karena pergi ski dan menari dengan teman-temannya di Pegunungan Alpen Swiss, sehingga tidak hadir dalam acara di Westminster Abbey London yang dihadiri oleh anggota lain dari keluarga kerajaan.
Laporan itu menghidupkan kembali kritik oleh media bahwa pangeran berusia 34 tahun itu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menikmati gaya hidup mewah sementara melalaikan tugas resmi.
Dalam sebuah wawancara tahun lalu, dia mengatakan, bahwa ia menyadari kritik itu dan bersedia untuk melakukan lebih banyak tugas kerajaan.
Serangan Truk
Pada Sabtu (18/3/2017), pasangan kerajaan itu akan bertemu orang-orang yang terluka dalam serangan truk yang menewaskan 86 orang di Nice pada Juli lalu dan serangan terkoordinasi di Paris pada November 2015 ketika 130 orang meninggal. Semua serangan itu diklaim dilakukan ISIS.
Mereka juga akan menonton pertandingan rugby France-Wales.
Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, membahas tugasnya membujuk masyarakat untuk sadar dan mengubah pikiran mereka pada Brexit, dengan alasan bahwa pilihan meninggalkan Uni Eropa adalah ancaman bagi masa depan negara tersebut.
Perdana menteri saat ini, Theresa May, berikrar menjalankan Pasal 50 dan memulai upaya meninggalkan Uni Eropa pada bulan depan dan menegaskan pandangannya mengenai pelepasan dari kelompok tersebut secara lancar, termasuk meninggalkan pasar tunggal.
Dia juga memperingatkan politisi pengganggu pelepasan itu.
Namun, dalam campur tangan politik pertamanya sejak pemungutan suara Brexit pada Juni, Blair akan mengeluarkan seruan menentang Brexit.