Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Direvitalisasi, Pasar Tradisional di Bali Jadi Objek Wisata

Pemerintah Kota Denpasar bukan hanya berhasil menggerakkan kembali semangat belanja di pasar. Lebih dari itu, mampu mengintegrasikan pasar dan pariwisata sehingga wisatawan pun datang dan berbelanja ke pasar.
Pasar Sindhu Sanur yang beroperasi 24 jam./hotels.com
Pasar Sindhu Sanur yang beroperasi 24 jam./hotels.com

Bisnis.com, DENPASAR – Pasar tradisional hampir ditinggalkan oleh masyarakatnya bila tidak benar-benar dijaga dan dipelihara dengan baik. Munculnya pasar-pasar modern atau swalayan memang cukup mengancam keberlangsungan hidup pasar tradisional.

Di kota-kota besar khususnya, nilai sosial budaya pasar hampir punah karena orang cenderung memilih belanja di swalayan yang bersih dan tanpa menawar harga. Maka, dibutuhkan upaya yang kuat dari pemerintah dan masyarakat dalam upaya menghidupkan kembali semangat pasar tradisional.

Itullah yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar. Bukan hanya berhasil menggerakkan kembali semangat belanja di pasar. Lebih dari itu, mampu mengintegrasikan pasar dan pariwisata sehingga wisatawan pun datang dan berbelanja ke pasar.

Denpasar memiliki 16 pasar yang dikelola oleh PD Pasar, dan 37 pasar yang dikelola oleh desa pakraman yang dibina oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM).

Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, Laksmi Saraswati menyebutkan sejak 2011, Pemkot Denpasar melakukan revitalisasi terhadap psaar-pasar yang dikelola oleh PD Pasar maupun pasar yang dimiliki oleh desa pakraman.

Desa Pakraman merupakan lembaga tradisional dan dikenal semenjak jaman kerajaan dan keberadaanya dilestarikan dan berkembang baik sampai saat ini. Istilah desa pekraman di Bali dikenal juga dengan nama desa dresta ataupun desa adat, yang memiliki wilayah ataupun ruang lingkup yang terdiri dari beberapa dusun/ lingkungan/desa dinas yang dikepalai oleh kepala Desa.

Pasar Agung merupakan salah satu pasar yang mendapat kucuran dana hingga Rp7,5 miliar untuk direvitalisasi dan sumber daya manusia (SDM) pengelola dibangun melalui sekolah pasar. Sebelum direvitalisasi, omset  pasar tersebut hanya sekitar Rp2 miliar, kini menjadi Rp5 miliar hingga Rp14 miliar.

“Keberhasilan revitalisasi inilah yang membuat Pasar Agung dan Pasar Poh Gading menjadi percontohan revitalisasi pasar nasional, ” kata Laksmi.

Selain melakukan revitalisasi, Pemkot Denpasar dengan tegas membuat moratorium terhadap pasar atau toko modern atau membatasi pertumbuhan toko modern seperti mini market agar pasar tradisional tetap hidup.

Saat ini, di Denpasar tercatat ada 295 toko modern, tetapi jumlah tersebut tidak akan dikurangi, apalagi ditambah. Pemerintah akan memperketat izin usaha bagi yang masa berlaku izinnya telah habis. Dengan begitu jumlah toko modern akan berkurang dengan sendirinya.

“Lalu jarak toko modern satu dengan yang lain tidak boleh berdekatan, jaraknya harus 1 km, dan barang yang dijual di toko tidak boleh jenis barang yang dijual di pasar tradisional,” kata Laksmi.

Pasar Wisata

Selain pengelolaan, Pemkot Denpasar pun mencari cara lain agar pasar tradisional tidak punah. Salah satunya menkombinasikan pasar dengan dunia pariwisata. Kuncinya, ciri khas pasar tardisional berupa tradisi tawar-menawar tidak boleh ditinggalkan termasuk barang yang dijual di pasar tersebut.

Laksmi mengatakan Pemkot Denpasar setiap tahunnya membuat kegiatan Denpasar Festival yang di dalamnya terdapat aktivitas seni dan budaya, sehingga beberapa pasar ikut serta meramaikan festival. "Melalui festival, masyarakat akan berinteraksi," ujarnya.

"Pasar yang ikut fetival itu ciri khasnya tidak dihilangkan," kata dia. Contohnya, Pasar Agung yang memiliki keunggulan produk berupa sarana upacara dalam kemasan. Diharapkan, dari festival itu, akan membuka akses pasar ke para buyer yang sebelumnya tidak pernah datang ke pasar tersebut. "Untuk itu, di festival ini, kami punya program, ‘Ayo Berbelanja Ke Pasar’, ” jelasnya.

Di sisi lain, untuk memperkenalkan pasar tradisional Denpasar, pemkot membuat program city tour bagi wisatawan asing maupun domestik, yang salah satu destinasinya adalah pasar. Di mana setiap pasar punya karakter dan tidak meninggalkan nilai sosial budaya.

Jam operasi sejumlah pasar di Denpasar pun hampir 24 jam. Salah satunya Pasar Sindhu Sanur. Saat pagi hari, pasar ini dipenuhi oleh pedagang bahan mentah/pokok seperti daging, ikan dan sayuran. Pada siang hari, kebanyakan pedagang buah, dan pada malam hari halaman pasar dipenuhi oleh lapak pedagang makanan siap santap seperti bakso, soto, sate, dan tahu telur.

Wayan Wendhi, seorang pedagang sayur di Pasar Sindhu mengaku penjualan semakin ramai setelah dilakukan revitalisasi. Rerata penjualannya dalam sehari sekitar Rp700.000-Rp1 juta. "Dulu, Rp700.000 saja tidak tercapai," ujarnya.

“Sewa lapaknya murah, hanya Rp6 juta untuk 5 tahun. Orang banyak datang ke sini karena lebih bersih. Dulu kotor, becek dan bau,” katanya.

Daniel, seorang wisatawan asing asal Serbia mengaku senang berbelanja di Pasar Sindhu, selain bersih dan tidak bau, pedagangnya ramah.

“Kebutuhan bahan makanan yang saya cari tersedia, orang-orangnya juga ramah, dan pasarnya bersih, nyaman,” ungkapnya saat ditemui Bisnis. Para wisatawan asing sangat menyukai tradisi pasar lokal yakni tawar menawar dibandingkan dengan fixed price.

Pengawas dan Pengelola Pasar Sindhu, Made Sudartha menjelaskan pasarnya merupakan pasar milik desa dinas dan desa adat yang dibangun dan dikelola secara swadaya. Revitalisasi pasar itu pada 2009 menelan investasi Rp3,5 miliar. “Setelah kami revitaliasi, pemerintah ikut dalam mengembangkan pengelolaan dan promosinya,” ujarnya.

Pasar seluas 52 are itu memiliki 150 pedagang lapak dan 70 di kios. Sistem retribusi yang digunakan yakni pedagang membayar Rp2.500-Rp3.000/hari seusai ukuran lapak.

Selain Pasar Sindhu, pasar lain yang diburu oleh wisatawan asing, terutama orang Jepang adalah Pasar Burung Satria dan Pasar Kreneng. Suasana pasar itu tidak jauh berbeda dengan Pasar Sindhu, Pasar Agung dan Pasar Badung.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper