Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Togo Gilbert Fossoun Houngbo terplih sebaga Presiden Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (International Fund for Agricultural Development/IFAD) setelah mengalahkan delegasi Indonesia Bambang PS Brodjonegoro.
Melalui pemilihan dua ronde dalam sidang tahunan IFAD Roma, Italia yang berakhir hari ini, Houngbo berhasil meraih suara 54,43% dan mengalahkan tujuah kandidat lainnya.
Posisi kedua ditempati oleh politisi Italia, Paolo De Castro dengan jumlah suara 20,34%. Sedangkan Wakil Indonesia Bambang PS Brodjonegoro yang meraih suara 17,65%.
"Houngbo, Paolo De Castro dan Bambang Brodjonegoro berhasil maju ke ronde kedua setelah meraih suara terbanyak pada ronde pertama. Di ronde pertama, Houngbo meraih 39,62% suara, Paolo De Castro 15,09% dan Bambang 15,09%," ujar Danang Rizki Ginanjar, Staf Khusus Menteri PPN/Kepala Bappenas dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (15/2/2017). Danang hadir di Roma mengikuti proses pemilihan setelah mengikuti sidang tahunan selama dua hari tersebut.
Dengan begitu, Houngbo akan menjadi Presiden IFAD masa jabatan 2017-2021 dan mulai bertugas tanggal 1 April 2017. Pemilihan Presiden IFAD, lanjut Danang, ditentukan oleh besar kecilnya kontribusi permodalan masing-masing negara kepada IFAD. Saat ini terdapat 18 negara anggota IFAD yang memiliki lebih dari 50% total hak suara memilih dari total 176 negara anggota.
Adapun 10 negara yang memiliki hak suara paling besar adalah Amerika Serikat 6,98%, Italia 4,22%, Jerman 4,09%, Jepang 4,09%, Belanda 3,83%, Arab Saudi 3,52%. Selanjutnya terdapat negara Kanada sebesar 3,44%, Inggris 3,29%, Swedia 3,12% dan Prancis 3%.
“Indonesia sendiri memiliki hak suara sebesar 0,73% dan berada di urutan ke-25,” ujarnya.
Sementara itu, pakar hukum internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana melihat pemilihan Presiden IFAD sangat tergantung pada hak suara negara pendukung para kandidat.
"Jadi intinya semua tergantung negara lain yang mendukung. Baik di Afrika maupun negara Barat. Bukan sosok siapanya tapi lebih kepada dukungan," ujarnya.
“Sebenarnya Indonesia memiliki kans besar untuk menjadi Presiden IFAD. Syaratnya, negara tidak membiarkan calon Presiden IFAD, Bambang berjuang sendiri,” ujarnya.