Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Puluhan Ribu Warga AS Demo di New York, Washington, Boston

Puluhan ribu orang melakukan unjuk rasa di beberapa kota di Amerika Serikat dan bandar udara pada Minggu (29/1/2017) waktu setempat untuk mengecam kekejaman perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang membatasi masuknya pendatang dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Senator AS Elizabeth Warren berbicara di tengah kerumunan massa yang berkumpul di Copley Square di Boston, Massachusetts, untuk memprotes pelarangan masuk terhadap Muslim (Muslin ban) yang menjadi kebijakan Presiden Donald Trump./Reuters-Brian Snyder
Senator AS Elizabeth Warren berbicara di tengah kerumunan massa yang berkumpul di Copley Square di Boston, Massachusetts, untuk memprotes pelarangan masuk terhadap Muslim (Muslin ban) yang menjadi kebijakan Presiden Donald Trump./Reuters-Brian Snyder

Bisnis.com, NEW YORK - Puluhan ribu orang melakukan unjuk rasa di beberapa kota di Amerika Serikat dan bandar udara pada Minggu (29/1/2017) waktu setempat untuk mengecam kekejaman perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang membatasi masuknya pendatang dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Di New York, Washington, dan Boston, demonstrasi gelombang kedua terjadi menyusul aksi spontanitas yang terjadi di sejumlah bandara AS, Sabtu (28/1) waktu setempat, saat Lembaga Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS menjalankan instruksi Trump tersebut. Protes menyebar ke arah barat pada hari itu juga.

Perintah yang menghalangi masuknya para pengungsi dari Suriah dan menangguhkan perjalanan menuju AS dari Suriah, Irak, Iran, dan empat negara lainnya demi menjaga keamanan nasional telah menyebabkan penahanan atau deportasi ratusan orang yang tiba di sejumlah bandara AS.

Salah satu unjuk rasa terbesar pada Minggu (29/1/2017) mengambil tempat di Battery Park di pusat kota Manhattan, di lingkungan patung Liberty di pelabuhan kota New York sebagai simbol lama selamat datang di Pantai AS.

Senator Partai Demokrat New York Charles Schumer di tengah-tengah massa menyatakan bahwa kebijakan Trump tidak menunjukkan sebagai bangsa Amerika dan bertentangan dengan nilai-nilai pokok negara itu.

"Apa yang kami katakan mengenai kehidupan dan kematian di sini untuk begitu banyak orang," kata pemimpin senat dari Partai Demokrat itu. "Saya tidak akan berhenti sampai kebijakan yang memuakkan itu dicabut," ujarnya.

Aksi massa yang diperkirakan diikuti sekitar 10 ribu orang itu kemudian dimulai menuju kantor Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS di pusat kota Manhattan.

Demo di Washington

Di Washington, ribuan orang berunjuk rasa di Lafayatte Square seberang Gedung Putih dengan menyanyikan: "Tidak ada kebencian, tidak ada kekhawatiran, selamat datang para pengungsi." Pada akhir pekan kedua secara berturut-turut, Washington jadi tempat unjuk rasa. Sabtu lalu, ratusan ribu perempuan turut serta dalam aksi anti-Trump dan melakukan long march, puluhan panggung unjuk rasa berdiri di seluruh pelosok negeri itu.

Pada Minggu, beberapa pengunjuk rasa meninggalkan area Gedung Putih dan melakukan long march di sepanjang Pennsylvania Avenue serta berhenti di Hotel International milik Trump untuk meneriakkan "Aib, aib, aib." Kerumunan massa yang polisi perkirakan mencapai 8.000 orang oada akhirnya tiba di tangga Gedung Capitol, AS, di mana barisan petugas tidak berseragam berdiri tegak.

Saat kerumunan massa melewati Kedutaan Kanada dalam perjalanan menuju Gedung Capitol, para pengunjuk rasa menyanyikan, "Hey hey, ho ho, Saya berharap pemimpin kita adalah Trudeau." Teriakan itu mengacu pada Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang pada Sabtu lalu di Twitternya menegaskan bahwa negaranya memiliki kebijakan menyambut para pengungsi.

Trump mempertahankan kebijakan eksekutif tersebut, Minggu, menyatakan bahwa AS akan tetap mengeluarkan visa bagi semua negara setelah mengamankan kebijakan selama lebih dari 90 hari berikutnya.

"Agar jelas, ini bukan larangan bagi muslim, seperti laporan palsu di media," kata Trump.

"Ini bukan tentang agama - ini tentang teror dan menjaga agar negara kita tetap aman," ujarnya.

Tidak Pernah Lagi Aria Grabowski (30), warga Washington membawa pamflet bertuliskan "Tidak pernag lagi maksudnya tidak pernah lagi bagi setiap orang." Di bawah slogan itu ada foto pengungsi Yahudi yang melarikan dari Jerman pada 1939 dengan menggunakan kapal yang ditolak dari Havana, Kuba, dan terpaksa pulang ke Eropa.

Lebih dari 250 orang yang menumpang kapal itu akhirnya tewas oleh Nazi.

Sekitar 200 pengunjuk rasa pada Minggu sore bernyanyi-nyanyi di Bandara Internasional Dulles, Washington, di wilayah utara Virginia, dekat Ibu Kota AS.

Dalam jumlah yang hampir sama, massa berkumpul di Bandara Internasional John F Kennedy, New York, di mana beberapa keluarganya harap-harap cemas menantikan anggota keluarganya yang tertahan selama beberapa jam setelah penerbangan dari beberapa negara yang terdampak oleh perintah presiden tersebut.

Di Bandara Internasional Los Angeles, ratusan orang berkumpul untuk memprotes kebijakan Trump tersebut dengan menyanyikan "pengungsi silakan datang kemari" yang menggema hingga terminal kedatangan.

Para penyelenggara memperkirakan lebih dari 10 ribu orang berkumpul di Copley Square, Boston, untuk mendengarkan orasi senator Massachusetts, Elizabeth Warren, yang keras mengkritik Trump dan pemimpin sayap liberal Partai Demokrat dan ketua legistlatif.

Selama aksi unjuk rasa, puluhan orang Islam, beberapa di antaranya bersimpuh sebagai bentuk protes, bersujud di atas karpet yang digelar di atas rumput taman tersebut.

Di Houston, yang sudah dipadati para pengunjung Super Bowl Minggu mendatang, sekitar 500 orang melakukan long march menuju pusat kota.

Jennifer Fagen (47), seorang profesor sosiologi Lamar University di Beaumont, Texas, berharap tidak kehilangan pekerjaannyan akibat unjuk rasa.

"Saya seorang Yahudi dan seharusnya hal itu 'tidak pernah lagi terjadi'," kata Fagen dengan merujuk pada Holocaust.

"Yahudi menjadi salah satu yang pertama membela umat Islam atas pertimbangan apa yang terjadi pada kami dan ini tampaknya akan terulang di bawah pemerintahan Trump," tuturnya.

Di Bandara Metropolitan Detroit, polisi memagar betis jalan menuju terminal saat 3.000 orang pengunjuk rasa menyanyikan "Tidak ada kebencian, tidak ada ketakutan, para pengungsi datanglah kemari." Di antara para pengunjuk rasa terdapat Wail Aljirafi dan istrinya, Samyeh Zindani, dari Kota Ann Arbor, Michigan, bersama ketiga anak mereka.

"Kami ingin mereka selalu ikut merasakan," kata Zindani, warga Yaman-Amerika, kepada Kantor Berita Reuters.

Di Hamtramck, kota satelit di Detroit, Michigan, yang dihuni sebagian besar keluarga pendatang dari Yaman dan dewan kota negara pertama mayoritas muslim, sedikitnya 600 orang berunjuk rasa di luar Balai Kota.

Rama Alhoussaini (23), imigran Suriah yang tinggal di dekat Dearborn menuturkan dia dan keluarganya berpindah ke Michigan pada 1999 saat dia masih berusia enam tahun.

"Sekarang bagi kami melihat bentuk kebencian dan kefanatikan. Ini melukai hati saya," ujarnya.

"Ini membuat saya merasa seperti tidak diinginkan tinggal di sini," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper