Kabar24.com, NEW YORK - Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Vitaly Churkin mengumumkan operasi militer di wilayah timur Kota Aleppo, Suriah, telah berakhir dengan kemenangan pasukan Presiden Bashar al-Assad. Seluruh wilayah kini telah dikuasai pasukan pemerintah Suriah.
"Berdasarkan informasi terbaru yang kami terima empat jam lalu, tindakan militer di timur Aleppo berakhir," kata Churkin dalam rapat darurat Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip dari Tempo.co, Rabu (14/12/2016).
Para pemberontak, jelas Churkin, menyerah dan diperkirakan meninggalkan wilayah timur Aleppo pada hari ini, Rabu. Menyerahnya pasukan pemberontak memupus harapan mereka untuk menjatuhkan Assad dari jabatannya sebagai Presiden Suriah. Hal ini juga akan menjadi kemenangan terbesar Assad dalam perang saudara yang berlangsung hampir enam tahun.
Mengenai penduduk sipil, lanjut Churkin, mereka boleh tetap tinggal di wilayah itu atau mencari tempat yang dianggap aman. Mereka juga dibolehkan menggunakan bantuan kemanusiaan yang tersedia. "Tak seorang pun melecehkan penduduk sipil," ujarnya.
Warga di Kota Aleppo merayakan kemenangan pasukan pemerintah Suriah yang selama ini didukung Rusia dengan memainkan musik, menari, dan menyalakan kembang api.
Sebelumnya, muncul laporan yang menyatakan para pemberontak anti-Assad telah membunuh ratusan warga sipil di wilayah barat Aleppo dengan serangan roket.
Informasi lain sehubungan dengan perang di Aleppo disampaikan Kepala Kantor Hak Asasi Manusia PBB Rupert Colville dari enam sumber berbeda. Sebanyak 82 orang nonkombatan ditembak di empat tempat berbeda pada Senin (12/12/2016) malam. Mereka yang ditembak hingga tewas termasuk 11 perempuan dan 13 anak-anak.
Badan PBB untuk Anak-anak, UNICEF, melaporkan sekitar seratus anak terjebak di gedung-gedung yang menjadi sasaran tembak dan mereka terpisah dari anggota keluarga masing-masing. Adapun penembak jitu masih bersembunyi di sejumlah tempat di kota itu untuk menembaki orang-orang yang berada di jalan-jalan.
Sejumlah aktivis mengunggah ucapan perpisahan di akun media sosial mereka pada Senin, 12 Desember, untuk kemudian tiarap tanpa bersuara. Mereka khawatir menjadi target Assad, yang memenangi perang di Aleppo timur.
"Siapa saja yang tahu tentang rezim Assad seharusnya mengerti apa yang diperkirakan terjadi. Kematian menjadi harapan bagi mereka yang ditangkap dan dianggap oposisi, baik itu militer maupun sipil," ujar seorang jurnalis dalam pesan di WhatsApp.