Bisnis.com, DENPASAR - Besarnya kebutuhan bahan pokok di Bali, ternyata belum dimanfaatkan dengan baik oleh petani di Pulau Dewata untuk memasok kebutuhan tersebut.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika memaparkan sebagian besar pasokan bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat daerah ini justru dipasok dari luar daerah.
"Jadi petani di Bali sebenarnya bisa makmur asalkan arahnya untuk memenuhi kebutuhan. Makanya marilah bertani untuk hal yang laku yang dibutuhkan Bali," ujarnya saat membuka Musda HKTI Bali, Jumat (2/12/2016).
Berdasarkan data Pemprov Bali, kebutuhan bahan pokok di daerah ini ditaksir sebanyak 1 juta telor per hari, 1 juta kg beras, 2 juta kg sayur mayur, 500 kg cabai, 1 juta kg buah, 1 juta ekor ayam belum termasuk untuk betutu dan taliwang, 1 juta ekor bebek, 1.000 kg daging sapi, 6 ton ikan lele, dan 5 ton ikan gurami. Dari kebutuhan tersebut, untuk ikan lele kemampuan memasok baru 1 ton, sisa 4 ton mengandalkan pasokan luar daerah.
Ikan gurami juga sama, dicontohkan Pastika, salah satu restoran terkenal di Denpasar memerlukan 500 kg ikan gurami per hari tetapi tidak satupun dipasok dari petani di Bali. Contoh lainnya, kebutuhan ayam di warung Men Tempeh Gilimanuk diprediksi sebanyak 500 ekor per hari, dan keseluruhannya dari Jawa.
Karena itu, kata Pastika, petani di daerah wisata ini disarankan segera mengubah pola produksi sehingga memberikan nilai tambah lebih banyak. Dia juga mengajak semakin banyak generasi muda mau menjadi petani agar regenerasi petani masa kini bisa dilakukan. Pastika juga menyayangkan minat sarjana pertanian bukan menjadi petani, karena alasan petani miskin.
"Usia petani di Bali rata-rata 50 tahun, ini bahaya," tuturnya.