Kabar24.com, JAKARTA - Silang komunikasi dan penyimpangan soal sinyalemen makar membuat Kapolri memberikan penjelasan soal perkara tersebut.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan sinyalemen makar ditujukan kepada pihak yang mendompleng aksi dilakukan umat Islam, bukan kepada peserta aksi yang menuntut proses hukum terhadap Ahok (Basuki Tjahaja Purnama).
"Saya tidak pernah sekali pun menuduh pengunjuk rasa dalam aksi tersebut makar," katanya, saat menghadiri silaturahmi dan sarapan pagi bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengurus NU dari tingkat provinsi hingga kelurahan se-Jakarta, di Gedung PBNU, Jakarta, Minggu (27/11/2016).
Menurut Tito, Polri menengarai ada kelompok-kelompok pendompleng yang membawa agenda sendiri pada saat demo 4 November lalu, di luar tuntutan dugaan penistaan agama oleh Ahok, seperti pendirian khilafah dan menggulingkan presiden yang sah.
Bahkan, lanjutnya, ditengarai ada kelompok yang ingin membuat teror dan kekacauan, sehingga pihaknya saat itu juga menyiagakan Densus 88 untuk mengantisipasi kejadian-kejadian tak diinginkan.
Hal itu, kata dia, juga sudah dikomunikasikan dengan pemimpin Gerakan Pengawal Fatwa MUI selaku penanggung jawab aksi, di antaranya Habib Rizieq Shihab.
Tito pun menolak anggapan bahwa dia tidak mengizinkan orang berunjuk rasa, termasuk terkait rencana aksi 2 Desember. Namun, ia mengimbau agar aksi tidak dilakukan di jalan protokol yang bisa merugikan orang lain.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dalam pidatonya mengatakan hari-hari ini bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak hal yang di permukaan tampak sebagai kebenaran, namun hakikatnya belum tentu demikian.
Begitu banyak kebenaran diucapkan, tapi yang dikehendaki sesungguhnya adalah kebatilan, kata Said Aqil, di hadapan ratusan orang yang hadir dalam acara itu.
"Betapa banyak orang mengaku dan mengatasnamakan Islam, namun kita justru melihat adanya gejala 'ismun bi laa musammaa', yakni gejala adanya perbedaaan antara nama dan yang dinamai. Simbol memang penting, tapi perjuangan yang hanya bersifat simbolik jelas menyesatkan," katanya lagi.
Sekjen PSNU Pagar Nusa M Nabil Harun selaku panitia membantah acara itu digelar sebagai persiapan menghadapi rencana aksi umat Islam 2 Desember.
Menurut dia, acara itu digelar sebagai ajang silaturahmi dan komunikasi PBNU dengan pengurus di tingkat akar rumput yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
"Acara sejenis juga akan dilaksanakan di daerah lain. Ini memang baru pertama kali digelar," katanya pula.