Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KORUT: Kami Tidak Peduli Siapa Presiden AS, Kata Kim Yong Ho

Korea Utara (Korut) tidak peduli dengan presiden baru Amerika Serikat, kata diplomat senior asal Pyongyang saat melawat ke markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (15/11/2016).
Presiden Terpilih AS Donald Trump/Reuters
Presiden Terpilih AS Donald Trump/Reuters

Bisnis.com, NEW YORK -  Korea Utara (Korut) tidak peduli dengan presiden baru Amerika Serikat, kata diplomat senior asal Pyongyang saat melawat ke markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (15/11/2016).

Pernyataan itu menanggapi kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden mengganti posisi Barack Obama.

Kim Yong Ho, direktur urusan hak asasi manusia dan kemanusiaan yang berbicara kepada wartawan setelah komite Mahkamah Umum PBB, menyetujui rancangan resolusi yang mengecam "kekerasan HAM" di negara-negara Asia.

"Kami tidak peduli dengan siapapun yang akan menjadi presiden AS," kata Kim.

"Masalah lebih penting adalah apakah AS punya niat politik mencabut kebijakannya yang cukup mengganggu DPRK (Korut)".

Korut kerap menuduh AS dan Korea Selatan (Korsel) mempersiapkan armadanya untuk berperang. Pasalnya kedua negara itu menyelenggarakan latihan perang gabungan tiap tahunnya.

AS dan Korsel juga berencana memasang alat pertahanan antinuklir "Terminal High Altitude Area Defence" (THAAD) di wilayah selatan.

THAAD dipasang untuk mengantisipasi ancaman nuklir dan roket dari Korut.

Trump mengatakan Mei lalu, ia bersedia berunding dengan pimpinan Korut, Kim Jong Un untuk menghentikan program nuklir Pyongyang.

Ia menawarkan pendekatan berbeda terhadap negara tertutup itu.

Namun jelang pemilihan presiden 8 November, seorang penasihat Trump mengatakan bulan lalu ia tidak melihat Trump akan menemui pimpinan Korut saat menjadi presiden, baik dalam jangka pendek atau menengah.

Korut telah menerima sanksi dari PBB sejak 2006. Dewan Keamanan PBB Maret lalu meningkatkan hukumannya, hingga membuat negara miskin itu kian tertutup.

Langkah itu dilakukan setelah Korut menggelar uji nuklir keempat Januari lalu dan peluncuran roket jarak jauh, Februari.

Sejak uji nuklir kelima dan keenam dua bulan lalu, AS dan China - sekutu dekat Korut telah berunding merancang draf resolusi baru untuk menghukum negara tertutup itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper