Bisnis.com, DAMASKUS - Militer Suriah pada Rabu (2/11/2016) mengumumkan "jeda kemanusiaan" selama 10 jam yang dijadwalkan berlaku pada Jumat, demikian laporan kantor berita resmi negeri itu, SANA.
Komando Umum Angkatan Darat Suriah menyatakan lembaga tersebut telah memutuskan untuk melaksanakan "jeda kemanusiaan" pada Jumat dari pukul 09.00 sampai 19.00 waktu setempat, untuk memberi warga sipil dan juga gerilyawan kesempatan untuk meninggalkan daerah yang dikuasai gerilyawan di Kota Aleppo Timur.
Menurut pernyataan itu, gerilyawan dapat meninggalkan Aleppo melalui Jalan Castello di Aleppo Utara, dan tempat penyeberangan Souk Al-Khair menuju daerah yang dikuasai gerilyawan di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah.
Warga sipil juga dapat pergi melalui enam jalur yang sebelumnya telah diidentifikasi oleh militer kie daerah yang dikiuasai pemerintah di Aleppo Barat.
Gencatan baru yang singkat tersebut bukan yang pertama diumumkan oleh militer Suriah.
Pada Oktober, gencatan senjata tiga-hari, yang diumumkan secara sepihak oleh Rusia dan Pemerintah Suriah, gagal mencapai sasaran yang dimaksudnya untuk memberi warga sipil jeda sehingga mereka bisa meninggalkan daerah yang dikuasai pemerintah dan juga gagal mendorong gerilyawan agar meninggalkan Kota Aleppo.
Pemerintah Suriah saat itu menuduh gerilyawan secara paksa menghalangi warga sipil pergi dari Aleppo Timur.
Pada Rabu, SANA mengatakan gerilyawan di Aleppo Timur membunuh puluhan orang yang ingin meninggalkan daerah yang dikuasai gerilyawan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
SANA menuduh gerilyawan Jaish Al-Fateh, atau Tentara Penakluk, melakukan pungutan terhadap warga sipil yang ingin meninggalkan Aleppo, dan meminta uang dari mereka sebagai imbalan mengizinkan mereka pergi.
Banyak uang diminta dari warga sipil yang ingin pergi, kata SANA --yang menambahkan gerilyawan mengizinkan warga sipil yang berusia di bawah 14 dan di atas 55 tahun untuk pergi dengan meminta 300 dolar AS per orang.
SANA menyatakan laporannya didasari atas pernyataan yang dibocorkan oleh Jaish Al-Fateh, yang menjelaskan proses "pengutipan uang" itu.
Kelompok tersebut, katanya, mengakui uang yang akan mereka kumpulkan dari warga akan digunakan untuk membeli senjata dan amunisi.
Pada Jumat lalu (28/10), sedikitnya 12 kelompok gerilyawan melancarkan serangan besar terhadap posisi pemerintah di Aleppo Barat, dan terlibat pertempuran sengit melawan militer Suriah dan petempur sekutunya.
Pertempuran itu terus berkecamuk saat gerilyawan berhasil menyusup ke beberapa daerah, tanpa bisa melakukan terobosan. Namun pada Senin (31/10), militer Suriah menanggapi dengan serangan balasan, dan melucuti gerilyawan di beberapa daerah yang telah mereka rebut di Aleppo Barat.
Tujuan gerilyawan di balik serangan besar tersebut ialah menerobos pengepungan pasukan pemerintah di Aleppo Timur.
Militer Suriah telah mengepung daerah yang dikuasai gerilyawan di Aleppo dalam beberapa bulan belakangan, dan mendesak gerilyawan agar menyerah atau meninggalkan Aleppo Timur ke daerah lain yang dikuasai gerilyawan di Provinsi Idlib, bagian barat-laut Suriah.
Banyak pengamat percaya Aleppo akan menjadi medan pertempuran yang menentukan bagi kelompok yang berperang. Pemenangnya akan menjadi pihak yang mendiktekan persyaratannya untuk menyelesaikan krisis itu, sebab provinsi tersebut berisi semua kelompok yang didukung oleh negara regional dan internasional, sementara warga sipil membayar harga bagi perang perwalian itu.
Militer Suriah, Jedah Kemausiaan 10 Jam Pada Jumat (4/11)
Militer Suriah pada Rabu (2/11) mengumumkan jeda kemanusiaan selama 10 jam yang dijadwalkan berlaku pada Jumat, demikian laporan kantor berita resmi negeri itu, SANA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu