Kabar24.com, JAKARTA- The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) atas komitmen dalam penuntasan Buta Aksara.
"Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia telah menunjukan pencapaian signifikan, khususnya angka literasi bagi kaum muda yang mencapai 99%,” demikian apresiasi disampaikan dalam sambutan National Program Officer UNESCO Zakki Gunawan seperti dikutip kemdikbud.go.id, Jumat (21/10/2016).
Sesuai data tersebut, 99 % literasi kaum muda tersebut untuk laki-laki dan perempuan. Dengan komitmen penuntasan tuna aksara kaum muda tersebut diharapkan akan menumbuhkan calon pemimpin masa depan dengan tingkat keaksaraan yang lebih baik. Sedangkan untuk tingkat literasi orang dewasa telah mencapai 93,09 %.
“Statistik ini menunjukan bahwa pemerintah Indonesia telah menunjukan komitmen yang kuat akan penyediaan pendidikan yang berkualitas, baik bagi anak laki-laki dan perempuan sebagai pemimpin penerus bangsa, serta bagi orang dewasa,” imbuh Zakki.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD Dikmas) Harris Iskandar mengatakan menunjukkan bahwa keaksaraan bukan hanya sekedar prioritas pendidikan, tetapi juga investasi yang sangat penting bagi masa depan yang berkesinambungan.
Menanggapi apresiasi yang diberikan oleh UNESCO, Harris menyampaikan bahwa Kemendikbud terus berkomitmen dalam meningkatkan keaksaraan kaum muda dan pendidikan dewasa melalui berbagai kegiatan inovatif. Capaian pendidikan keaksaraan dalam sepuluh tahun terakhir menunjukan hasil yang signifikan.
Pada tahun 2005 persentase penduduk tuna aksara di Indonesia mencapai 9,55 persen atau sekitar 14,9 juta orang. Angka tersebut munurun pada tahun 2015 menjadi 3,43 persen atau sekitar 5,6 juta orang. Selain itu juga, sampai saat ini tercatat sebanyak 11 provinsi yang memiliki persentase tuna aksara di atas rata-rata nasional yakni 3,43 persen, dan 25 kabupaten memiliki penduduk tuna aksara di atas 50.000 orang.
“Ini perlu mendapatkan perhatian khusus melalui program pendidikan keaksaraan, seperti pelaksanaan